Keunikan dan Sejarah Keraton Plered
Keraton Plered adalah salah satu cagar budaya yang memiliki nilai sejarah yang tinggi. Terletak di lokasi Kedaton-Plered, keraton ini menunjukkan jejak masa perang Diponegoro pada tahun 1826. Meskipun saat ini keraton ini telah mengalami kerusakan akibat perubahan peruntukan lahan dan vandalisme, namun masih mempertahankan bentuk aslinya. Salah satu peristiwa bersejarah yang menyebabkan kerusakan pada Keraton Plered adalah serbuan Trunojoyo pada tahun 1677. Pada saat itu, bata dari seluruh sisa bangunan kompleks Keraton Plered digunakan untuk pembangunan pabrik gula di Plered pada awal abad ke-20 masa pemerintahan kolonial Hindia. Hal ini menjadi faktor dominan yang menyebabkan rusaknya keraton. Sejarah Keraton Plered juga tercatat dalam Babad ing Sangkala. Pada tahun 1647, terjadi perpindahan Sunan Amangkurat ke keraton yang baru dibangun. Selama masa pemerintahan Sunan Amangkurat I, Keraton Plered berhasil dibangun sebagai pusat pemerintahan dengan komponen yang cukup lengkap, seperti pintu gerbang Pabean, jaringan jalan, pasar, masjid agung, tembok keliling, dan kompleks pemakaman. Pembangunan komponen keraton dilakukan secara bertahap dalam jangka waktu yang cukup lama, seperti yang tercatat dalam sumber sejarah Jawa dan Belanda. Namun, pada tahun 1677, Keraton Plered mengalami kehancuran akibat serangan Trunojoyo. Sunan Amangkurat I melarikan diri ke Imogiri dan kemudian ke arah barat, hingga akhirnya wafat dalam pelarian di Tegal, Jawa Tengah. Pengganti Amangkurat I, yang bergelar Amangkurat II, berhasil menduduki kembali keraton dengan bantuan VOC. Sunan Amangkurat II kemudian memindahkan ibu kota Mataram Islam dari Plered ke Kartasura. Dengan sejarah yang kaya dan keunikan arsitektur serta komponen yang dimilikinya, Keraton Plered menjadi salah satu destinasi wisata sejarah yang menarik. Meskipun mengalami kerusakan, keraton ini tetap menjadi saksi bisu dari masa lalu yang perlu dilestarikan dan dijaga keberadaannya.