Orde Baru: Harapan dan Realita Pembangunan Nasional **
Orde Baru, era pemerintahan yang dipimpin oleh Jenderal Soeharto pasca peristiwa 30 September 1965, menjanjikan masa depan yang cerah bagi Indonesia. Visi utama Orde Baru adalah mewujudkan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen, yang diharapkan dapat membawa Indonesia keluar dari keterpurukan dan menuju era pembangunan yang stabil. Keberhasilan Soeharto dalam menumpas PKI dan menciptakan stabilitas keamanan pasca pemberontakan, menjadi modal awal bagi Orde Baru untuk membangun kepercayaan rakyat. Program pembangunan nasional yang terstruktur melalui Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) dan Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) berhasil mendorong pertumbuhan ekonomi yang pesat di berbagai bidang. Namun, di balik gelimang pembangunan, Orde Baru juga diwarnai dengan praktik otoritarianisme yang membatasi kebebasan berpolitik dan berekspresi. Jumlah partai politik dibatasi, kebebasan pers dikekang, dan kritik terhadap pemerintah seringkali dibungkam. Peristiwa pelanggaran HAM seperti kasus Tanjung Priok, Marsinah, dan Udin, menjadi bukti nyata bahwa kebebasan dan keadilan belum sepenuhnya terwujud di era Orde Baru. Meskipun Orde Baru berhasil membangun infrastruktur dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, praktik otoritarianisme yang diterapkan menjadi bumerang bagi pemerintahan ini. Ketidakadilan dan penindasan yang terjadi memicu perlawanan dari berbagai kalangan, yang pada akhirnya menjadi salah satu faktor utama runtuhnya Orde Baru. Kesimpulan:** Orde Baru merupakan era yang penuh paradoks. Di satu sisi, pemerintahan ini berhasil membangun Indonesia dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Di sisi lain, praktik otoritarianisme yang diterapkan menghambat demokrasi dan memicu pelanggaran HAM. Orde Baru mengajarkan kita bahwa pembangunan yang berkelanjutan harus diiringi dengan penegakan demokrasi dan penghormatan terhadap hak asasi manusia.