Kisah Inspiratif tentang Pengampunan dan Persahabatan
Kisah ini dimulai ketika Joey, seorang pria kulit putih Amerika, sedang berkunjung ke Inggris. Suatu malam, Joey masuk ke sebuah restoran di London dan melihat seorang pria Afrika kulit hitam yang santai duduk sambil membaca koran di sudut restoran. Tanpa berpikir panjang, Joey dengan lantang memanggil pelayan dan mengumumkan bahwa ia akan membelikan makanan untuk semua orang di restoran, kecuali pria Afrika tersebut. Pria Afrika itu hanya menatap Joey dengan tenang dan mengucapkan terima kasih. Tidak puas dengan tindakannya sebelumnya, Joey kemudian pergi ke bar dan memerintahkan bartender untuk memberikan minuman gratis kepada semua orang, kecuali pria Afrika yang duduk di pojok. Namun, pria Afrika itu hanya tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Joey semakin bingung dengan reaksi pria Afrika tersebut. Ia memanggil pelayan dan bertanya apakah pria itu gila. Pelayan dengan ramah menjelaskan bahwa pria Afrika tersebut adalah pemilik restoran. Joey merasa sangat malu dengan tindakannya yang tidak pantas. Ia segera pergi dari restoran dan menyebrang jalan. Sayangnya, ia tidak menyadari bahwa sebuah mobil sedang melaju kencang dan menabraknya. Mobil itu tidak berhenti untuk menolong Joey dan langsung kabur. Para pelanggan restoran keluar untuk melihat apa yang terjadi dengan Joey, namun tidak ada yang peduli. Tidak ada satu pun dari mereka yang Joey traktir mau membantunya. Pria Afrika kulit hitam itu dengan sigap kembali ke restoran, menyalakan mobilnya, dan membawa Joey ke rumah sakit terdekat. Setelah Joey sadar, ia berusaha bangkit dari tempat tidur dan ingin meminta maaf kepada pria Afrika tersebut. Namun, sebelum Joey sempat mengucapkan kata-kata tersebut, pria Afrika itu langsung berkata, "Sudahlah, aku sudah memaafkanmu sejak awal." Kisah ini mengajarkan kita tentang pentingnya pengampunan dan persahabatan. Meskipun Joey telah melakukan tindakan diskriminatif, pria Afrika tersebut tetap memaafkannya dan bahkan membantunya ketika ia mengalami kecelakaan. Kisah ini mengingatkan kita bahwa tidak ada ruang untuk prasangka dan diskriminasi dalam hubungan antarmanusia.