Perubahan Sikap Saya dalam Melakukan Asesmen Awal Diagnostik Kognitif
Dalam artikel ini, saya akan merefleksikan perubahan sikap yang saya alami saat melakukan asesmen awal diagnostik kognitif. Asesmen awal diagnostik kognitif adalah proses penting dalam menilai kemampuan kognitif seseorang dan mengidentifikasi masalah yang mungkin ada. Melalui pengalaman saya dalam melakukan asesmen ini, saya telah mengalami perubahan sikap yang signifikan. Pertama-tama, sebelum saya terlibat dalam asesmen awal diagnostik kognitif, saya memiliki pandangan yang sempit tentang kemampuan kognitif seseorang. Saya cenderung menganggap bahwa kemampuan kognitif seseorang hanya dapat diukur melalui tes dan angka-angka. Namun, setelah terlibat dalam proses asesmen ini, saya menyadari bahwa kemampuan kognitif seseorang jauh lebih kompleks daripada sekadar angka. Saya belajar untuk melihat individu secara holistik dan mempertimbangkan faktor-faktor lain seperti latar belakang budaya, pengalaman hidup, dan lingkungan sosial mereka. Selain itu, saya juga mengalami perubahan sikap dalam hal pendekatan yang saya gunakan dalam asesmen ini. Awalnya, saya cenderung menggunakan pendekatan yang sangat formal dan terfokus pada tes dan instrumen yang telah ditentukan. Namun, seiring berjalannya waktu, saya menyadari bahwa pendekatan yang lebih fleksibel dan individualisasi dapat memberikan hasil yang lebih akurat dan bermanfaat. Saya mulai menggabungkan berbagai metode dan teknik dalam asesmen ini, seperti observasi langsung, wawancara, dan pengamatan perilaku sehari-hari. Pendekatan ini memungkinkan saya untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang kemampuan kognitif individu dan memberikan rekomendasi yang lebih tepat. Selain itu, perubahan sikap yang signifikan yang saya alami adalah dalam hal empati dan pengertian terhadap individu yang sedang diasesmen. Awalnya, saya cenderung melihat individu sebagai objek penelitian dan fokus pada hasil tes semata. Namun, seiring berjalannya waktu, saya menyadari bahwa individu yang sedang diasesmen adalah manusia dengan perasaan dan pengalaman hidup mereka sendiri. Saya belajar untuk mendengarkan dengan empati, menghargai keunikan setiap individu, dan memahami bahwa hasil tes hanyalah satu aspek dari kehidupan mereka. Perubahan sikap ini memungkinkan saya untuk membangun hubungan yang lebih baik dengan individu yang sedang diasesmen dan memberikan dukungan yang lebih holistik. Dalam kesimpulan, melalui pengalaman saya dalam melakukan asesmen awal diagnostik kognitif, saya telah mengalami perubahan sikap yang signifikan. Saya telah belajar untuk melihat kemampuan kognitif seseorang secara holistik, menggunakan pendekatan yang lebih fleksibel, dan mengembangkan empati dan pengertian terhadap individu yang sedang diasesmen. Perubahan sikap ini telah memperkaya praktik saya dalam melakukan asesmen kognitif dan memberikan manfaat yang lebih besar bagi individu yang sedang diasesmen.