Sunat: Tradisi dan Transformasi di Jawa Tengah
Di Jawa Tengah, khitan atau sunat bukan sekadar prosedur medis, melainkan ritus penting yang menandai transisi seorang anak laki-laki menuju kedewasaan. Tradisi ini telah berlangsung turun-temurun, diwariskan dari generasi ke generasi, melekat erat dengan nilai-nilai budaya dan agama Islam yang dominan di wilayah ini. Dahulu, prosesi sunat diiringi upacara adat yang meriah, diwarnai dengan gamelan, kenduri, dan doa bersama keluarga dan masyarakat. Anak yang dikhitan dianggap telah memasuki babak baru dalam hidupnya, diharapkan lebih bertanggung jawab dan berakhlak mulia. Namun, seiring perkembangan zaman, praktik sunat di Jawa Tengah mengalami transformasi. Perubahan signifikan terlihat pada aspek kesehatan dan keselamatan. Jika dulu prosesi sunat dilakukan secara tradisional, dengan alat dan metode yang mungkin kurang steril, kini praktiknya lebih higienis dan modern. Banyak orang tua memilih untuk melakukan sunat di rumah sakit atau klinik yang terjamin kebersihan dan keamanannya, dibantu tenaga medis profesional. Hal ini menunjukkan peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dan pencegahan infeksi. Meskipun metode dan pelaksanaannya berubah, nilai-nilai luhur yang melekat pada tradisi sunat tetap dipertahankan. Perayaan dan syukuran masih menjadi bagian penting dari prosesi ini, menunjukkan rasa syukur dan kebahagiaan keluarga atas selesainya tahapan penting dalam kehidupan anak mereka. Perubahan ini membuktikan bahwa tradisi dapat beradaptasi dengan perkembangan zaman tanpa kehilangan esensinya. Tradisi sunat di Jawa Tengah menunjukkan keharmonisan antara pemeliharaan nilai-nilai budaya dengan kemajuan di bidang kesehatan, sebuah refleksi dari kearifan lokal yang dinamis dan berkelanjutan. Melihat transformasi ini, kita dapat merasakan betapa tradisi dapat berkembang dan beradaptasi dengan tetap menjaga nilai-nilai positifnya, menciptakan legasi yang bermakna bagi generasi mendatang.