Konferensi Meja Bundar: Serah Terima Kedaulatan Indonesia dari Beland
Konferensi Meja Bundar adalah pertemuan yang dilakukan di Den Haag, Belanda, antara perwakilan Republik Indonesia Serikat (RIS) dan Belanda pada tanggal 23 Agustus 1949 hingga 2 November 1949. Pertemuan ini bertujuan untuk membahas serah terima kedaulatan Indonesia dari Belanda. Pada konferensi ini, terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi. Pertama, Kerajaan Belanda harus menyerahkan kedaulatan atas Indonesia secara penuh dan tanpa syarat kepada RIS, sehingga mengakui RIS sebagai negara merdeka yang berdaulat. Kedaulatan ini akan diserahkan paling lambat pada tanggal 30 Desember 1949. Namun, terdapat perbedaan pendapat mengenai wilayah Irian Barat. Indonesia ingin agar semua bekas daerah Hindia Belanda menjadi bagian dari Indonesia, sedangkan Belanda ingin menjadikan Irian Barat sebagai negara terpisah karena perbedaan etnis. Konferensi Meja Bundar tidak mencapai keputusan mengenai hal ini, sehingga pasal 2 menyebutkan bahwa Irian Barat bukan bagian dari serah terima, dan masalah ini akan diselesaikan dalam waktu satu tahun. Selain itu, hasil dari konferensi ini adalah pembentukan Uni Belanda-Indonesia dengan kepala negara yang berasal dari Kerajaan Belanda. Selain itu, terdapat juga pengambilalihan utang Hindia Belanda oleh RIS sebesar f 4.300.000. Serah terima kedaulatan Indonesia dari Belanda akhirnya terjadi pada tanggal 27 Desember 1949. Upacara penyerahan kedaulatan ini dilakukan di gedung istana Op de Dam, Amsterdam, oleh Ratu Belanda, Juliana, kepada Perdana Menteri RIS, Moh Hatta. Upacara serah terima kedaulatan juga dilakukan di istana Rijswijk, Jakarta, oleh Wakil Mahkamah Agung Belanda, A.H.J. Lovink, kepada Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Dengan serah terima kedaulatan ini, Indonesia akhirnya menjadi negara yang merdeka dan berdaulat, setelah melalui perjuangan panjang dalam Konferensi Meja Bundar.