Perjalanan Bromo, Dari SMA Nusantara ke Sekolah Internasional
Bromo, seorang guru yang penuh semangat dan dedikasi, baru-baru ini pindah dari SMA Nusantara di Indonesia ke sebuah sekolah internasional. Ia sangat senang dengan keputusan ini karena ia akan bekerja di lingkungan yang lebih besar dan bergengsi. Namun, ada sesuatu yang aneh dan mengejutkan mengenai pindahannya. Bromo ditempatkan mengajar di kelas 11 R, sebuah kelas yang terkenal dengan murid-murid nakal dan tak terkendali. Ia segera menyadari bahwa tugasnya bukanlah mengajar, melainkan mengurus kelas yang penu siswa yang suka menimbulkan masalah. Meskipun ia terbunuh berkali-kali oleh murid-muridnya, Bromo tetap abadi. Ia memiliki kekuatan pyrokinesis, yang memungkinkannya untuk bangkit kembali setiap kali ia hampir padam. Namun, kehidupan Bromo di sekolah ini tidaklah mudah. Ia dihadapkan pada ancaman dan tekanan dari Hugin dan Munin, dua makhluk yang memegang kendali atas sekolah tersebut. Mereka mengancam Bromo dan membuatnya meragukan apakah ia harus terus melanjutkan pekerjaannya di sini. Meskipun demikian, Bromo tidak menyerah. Ia mulai beradaptasi dan berusaha keras untuk mengatasi kekerasan dengan cara yang sama. Suatu hari, saat Bromo terkena serangan dari murid yang memakai kapak, ia membalas dengan kekuatan pyrokinesisnya. membakar murid tersebut, yang membuat semua orang terkejut. Bromo akhirnya terluka parah dan harus dirawat di rumah sakit. Namun, insiden ini menjadi titik balik bagi Bromo dan murid-muridnya. Setelah kejadian itu, murid-murid Bromo mulai menyadari betapa bodohnya mereka dan menyadari bahwa kekerasan tidak perlu. Mereka memutuskan untuk berubah dan berusaha untuk menjadi murid yang lebih baik. Bromo, yang sebelumnya merasa terbebani oleh tugasnya, kini merasa lega dan puas dengan kemajuan yang dicapai oleh murid-muridnya. Cerita Bromo adalah kisah tentang ketekunan, keberanian, dan kekuatan dalam menghadapi tantangan. Ia menunjukkan bahwa meskipun dihadapkan pada situasi yang sulit, ia tetap berusaha dan tidak pernah menyerah. Melalui perjalanan ini, Bromo tidak hanya mengubah hidup murid-muridnya, tetapi juga menemukan kebahagiaan dan pemenuhan diri dalam dirinya sendiri.