Rumahku Roboh, Harapanku Tetap Berdiri **
** Hujan mengguyur kota tanpa henti. Angin berputar-putar, menerjang atap rumahku yang sudah lapuk. Aku terbangun dari tidurku, mendengar suara gemuruh yang semakin keras. Aku berlari ke jendela, dan melihat pemandangan yang mengerikan. Atap rumah tetanggaku, yang terbuat dari seng tipis, sudah terlepas dan berputar-putar di udara. "Mama! Papa!" teriakku, suara tangisku bercampur dengan suara gemuruh hujan. Mama dan Papa bergegas keluar dari kamar. Wajah mereka pucat pasi, matanya terbelalak ketakutan. "Cepat! Kita harus keluar!" teriak Papa, menarik tanganku. Kami berlari keluar rumah, berpegangan erat satu sama lain. Hujan semakin deras, angin bertiup kencang, dan petir menyambar-nyambar di langit. Kami berlari menuju tempat penampungan sementara yang disediakan oleh pemerintah. Di tempat penampungan, kami bertemu dengan banyak orang yang juga kehilangan rumahnya. Ada yang menangis, ada yang diam terpaku, dan ada yang mencoba menghibur satu sama lain. Aku melihat seorang anak kecil, usianya mungkin sekitar 5 tahun, menangis tersedu-sedu. Dia memeluk erat boneka kesayangannya, matanya berkaca-kaca. "Kenapa rumahku roboh?" tanyanya kepada ibunya, suaranya bergetar. Ibunya hanya bisa mengelus rambutnya, tak mampu berkata-kata. Aku merasakan sesak di dadaku. Rumahku roboh, tapi aku masih punya keluarga. Aku masih punya teman-teman. Aku masih punya harapan. Beberapa hari kemudian, kami kembali ke rumah. Rumahku sudah rata dengan tanah. Hanya tinggal puing-puing yang tersisa. Aku melihat foto-foto keluarga yang tergeletak di antara puing-puing. Aku mengambilnya, dan memeluknya erat-erat. "Aku akan membangun rumah baru, Mama, Papa," kataku, suaraku bergetar. Mama dan Papa tersenyum, matanya berkaca-kaca. "Ya, Nak. Kita akan membangun rumah baru," kata Papa, memelukku erat. Aku tahu, membangun rumah baru tidak akan mudah. Tapi aku yakin, dengan bantuan keluarga dan teman-teman, aku bisa melakukannya. Aku yakin, rumahku akan berdiri tegak kembali, lebih kuat dari sebelumnya. Aku menatap langit, yang kini sudah cerah. Matahari bersinar terang, seolah ingin menghiburku. Aku tersenyum, hatiku dipenuhi harapan. Rumahku mungkin roboh, tapi harapanku tetap berdiri.