Perkembangan Ras Pendatang Baru di Nusantara pada Masa Berburu dan Meramu Tingkat Lanjut
Pada masa berburu dan meramu tingkat lanjut, Nusantara dihuni oleh ras pendatang baru, yaitu ras Australomelanesoid dan ras Mongoloid. Kedua ras ini diyakini berasal dari luar Nusantara dan merupakan hasil evolusi manusia purba sebelumnya. Ras Australomelanesoid dan ras Mongoloid muncul sebagai hasil kohabitasi dengan manusia purba sebelumnya. Mereka belum dapat disebut sebagai Homo sapiens, namun merupakan salah satu jenis manusia purba jenis Homo. Selama masa berburu dan meramu tingkat lanjut, corak kehidupan sosial-ekonomis menunjukkan beberapa kesamaan dengan masa bercocok tanam. Pembagian kerja sudah mulai dikenal, meskipun masih dalam bentuk yang sederhana. Masyarakat semisedenter, yang tempat tinggalnya tidak tetap, mulai mengenal teknik bercocok tanam dengan metode slash and burn. Mereka juga memiliki pengetahuan tentang gua-gua payung dan sering menggunakannya sebagai tempat tinggal. Selain itu, sebagian masyarakat bergantung pada hasil laut sebagai sumber kehidupan. Selain corak kehidupan sosial-ekonomis, masyarakat pada masa berburu dan meramu tingkat lanjut juga memiliki kemampuan melukis. Seni lukis menjadi salah satu ekspresi budaya yang berkembang pada masa tersebut. Kepercayaan animisme dan dinamisme juga sudah dikenal oleh masyarakat pada masa ini. Dengan demikian, terdapat kesamaan corak kehidupan sosial-ekonomis antara masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut dan masa bercocok tanam. Masyarakat pada kedua masa ini memiliki pembagian kerja, mengenal teknik bercocok tanam, hidup di gua-gua payung, bergantung pada hasil laut, memiliki kemampuan melukis, dan mengenal kepercayaan animisme dan dinamisme. Dalam konteks ini, perkembangan ras pendatang baru di Nusantara pada masa berburu dan meramu tingkat lanjut memberikan gambaran tentang keberagaman manusia purba di wilayah ini. Ras Australomelanesoid dan ras Mongoloid merupakan bukti adanya interaksi dan evolusi manusia purba sebelumnya di Nusantara.