Rencana Pembangunan Lima Tahun (RPLT) dan Musyawarah Nasional Pembangunan (Munap): Sebuah Tinjauan Sejarah
Rencana Pembangunan Lima Tahun (RPLT) adalah sebuah dokumen penting yang disusun oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional pada masa pemerintahan Kabinet Ali Sastroamijoyo II. RPLT bertujuan untuk merancang pembangunan jangka panjang dan disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat pada tanggal 11 November 1958. Namun, akibat perubahan situasi politik dan ekonomi, sasaran dan prioritas RPLT diubah melalui musyawarah nasional pembangunan (munap). RPLT berjalan dengan baik karena beberapa faktor, antara lain adanya ketegangan antara pusat dan daerah yang memungkinkan daerah-daerah untuk melaksanakan kebijakan ekonomi sendiri-sendiri, perjuangan membebaskan Irian Barat, dan depresi ekonomi di Amerika Serikat dan Eropa Barat yang mengakibatkan ekspor dan pendapatan negara merosot. Musyawarah Nasional Pembangunan (Munap) diadakan untuk meredakan ketegangan antara pusat dan daerah pada masa Kabinet Juanda. Sebagai Perdana Menteri, Ir Juanda memberikan kesempatan kepada munap untuk mengubah rencana pembangunan agar dapat dihasilkan rencana pembangunan yang menyeluruh untuk jangka panjang. Namun, pelaksanaan rencana pembangunan tersebut tidak dapat dilaksanakan dengan baik karena kesulitan dalam menentukan prioritas dan ketegangan politik yang memicu pemberontakan PRRI/Permesta. Selain itu, ketegangan politik antara Indonesia dan Irian Barat juga memuncak yang memicu terjadinya konfrontasi bersenjata. Dalam kesimpulannya, RPLT dan Munap merupakan bagian penting dari sejarah pembangunan Indonesia. Meskipun RPLT berjalan dengan baik, Munap menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan dalam pelannya. Namun, kedua dokumen tersebut memberikan kontribusi yang signifikan dalam perencanaan pembangunan jangka panjang di Indonesia.