Janji yang Terputus **
Matahari terik menyinari kota yang ramai. Jian, gadis muda berambut hitam legam, duduk di tepi sungai, matanya menatap aliran air yang tenang. Di sampingnya, Chaeyeon, sahabat karibnya, tersenyum hangat. "Jangan sedih, Jian," kata Chaeyeon, "Ayahku hanya akan pergi beberapa bulan saja. Aku akan segera kembali." Jian mengangguk, namun raut wajahnya masih menunjukkan kesedihan. Ia tak ingin berpisah dengan Chaeyeon, sahabatnya yang selalu ada untuknya. Mereka berdua telah melewati suka duka bersama, berbagi rahasia dan mimpi. Kehilangan Chaeyeon bagaikan kehilangan separuh jiwanya. Hari demi hari berlalu, Jian menanti kepulangan Chaeyeon. Ia menghabiskan waktu dengan membaca buku-buku kesukaan mereka, mengunjungi tempat-tempat yang pernah mereka kunjungi bersama, dan membayangkan Chaeyeon kembali dengan senyuman ceria. Namun, waktu terus berlalu, dan enam bulan telah berganti. Chaeyeon belum juga kembali. Suatu pagi, kabar buruk mengguncang kota. Serangan dari pasukan asing terjadi, menghancurkan perdamaian yang selama ini mereka nikmati. Kota menjadi mencekam, dipenuhi dengan teriakan dan kepanikan. Jian, bersama keluarganya, memutuskan untuk melarikan diri. Mereka berlari secepat mungkin, berusaha menghindari serangan pasukan asing. Namun, nasib berkata lain. Sebuah anak panah melesat dari kegelapan, menembus jantung Jian. Ia terjatuh, tubuhnya lemas, pandangannya mulai kabur. Di saat-saat terakhir hidupnya, Jian melihat sosok Chaeyeon berdiri di hadapannya. Chaeyeon tersenyum, tangannya terulur, seakan mengajak Jian ke suatu tempat. Jian ingin meraih tangan Chaeyeon, namun tubuhnya tak berdaya. Ia terjatuh, matanya terpejam, dan napasnya terhenti. Janji yang terucap di tepi sungai, janji untuk selalu bersama, kini terputus. Jian meninggal dengan rasa rindu yang mendalam, menantikan kepulangan Chaeyeon yang tak kunjung datang. Wawasan:** Kisah Jian dan Chaeyeon mengingatkan kita tentang kekuatan persahabatan dan betapa pedihnya kehilangan. Meskipun takdir memisahkan mereka, ikatan persahabatan mereka tetap abadi, terukir dalam hati masing-masing. Kisah ini juga mengingatkan kita tentang pentingnya menghargai setiap momen yang kita miliki bersama orang-orang terkasih, karena kita tak pernah tahu kapan pertemuan terakhir kita akan terjadi.