Reaksi Yahudi terhadap Khotbah Stefanus: Studi Kasus Kisah Para Rasul 7:54-60
Reaksi Awal Yahudi terhadap Khotbah Stefanus
Khotbah Stefanus, seperti yang dicatat dalam Kisah Para Rasul 7:54-60, adalah salah satu momen paling penting dalam sejarah awal gereja Kristen. Stefanus, dianggap sebagai salah satu diakon pertama gereja, memberikan khotbah yang berani dan berapi-api yang menantang otoritas agama Yahudi saat itu. Reaksi Yahudi terhadap khotbah Stefanus adalah titik balik penting dalam sejarah gereja dan menjadi studi kasus yang menarik tentang bagaimana pesan-pesan yang menantang status quo sering kali ditanggapi dengan penolakan dan kekerasan.
Konteks Khotbah Stefanus
Untuk memahami reaksi Yahudi terhadap khotbah Stefanus, penting untuk memahami konteks di mana khotbah itu disampaikan. Stefanus adalah seorang Kristen Hellenistik, yang berarti dia adalah seorang Yahudi yang berbicara dalam bahasa Yunani dan mungkin telah diasimilasi ke dalam budaya Yunani. Ini membuatnya berbeda dari Yahudi Aramaik yang lebih konservatif, yang mungkin telah melihat Stefanus dan orang-orang seperti dia sebagai ancaman terhadap identitas dan tradisi Yahudi mereka.
Isi Khotbah Stefanus
Khotbah Stefanus, seperti yang dicatat dalam Kisah Para Rasul, adalah penolakan keras terhadap klaim otoritas agama Yahudi. Stefanus menantang klaim mereka bahwa mereka adalah satu-satunya penafsir hukum dan tradisi Yahudi, dan menuduh mereka menolak Yesus, yang dia klaim sebagai Mesias yang dijanjikan. Dia juga menuduh mereka membunuh Yesus, sebuah tuduhan yang pasti akan memicu kemarahan dan penolakan dari pendengarnya.
Reaksi Yahudi terhadap Khotbah Stefanus
Reaksi Yahudi terhadap khotbah Stefanus adalah keras dan cepat. Mereka menjadi marah dan menggigitnya (Kisah 7:54). Mereka kemudian menyeretnya keluar dari kota dan melemparinya dengan batu sampai mati, sambil meletakkan jubah mereka di kaki seorang pemuda bernama Saulus (yang kemudian dikenal sebagai Paulus, salah satu penyebar agama Kristen paling penting).
Implikasi dari Reaksi Yahudi
Reaksi Yahudi terhadap khotbah Stefanus memiliki implikasi yang mendalam. Pertama, itu menunjukkan betapa dalamnya perpecahan antara Kristen dan Yahudi pada saat itu. Kedua, itu menandai awal dari penganiayaan sistematis terhadap Kristen oleh otoritas Yahudi. Ketiga, itu mengarah pada konversi Saulus, yang perjalanannya ke Damaskus (di mana dia memiliki pengalaman mistis yang mengubah hidupnya dan membuatnya menjadi Kristen) dipicu oleh perannya dalam kematian Stefanus.
Dalam penutup, reaksi Yahudi terhadap khotbah Stefanus adalah momen penting dalam sejarah awal gereja Kristen. Ini menunjukkan bagaimana pesan yang menantang status quo sering kali ditanggapi dengan penolakan dan kekerasan. Namun, juga menunjukkan bagaimana peristiwa-peristiwa seperti itu dapat memiliki konsekuensi yang tidak terduga dan jauh-reaching, dalam hal ini, konversi dan misi evangelis Paulus.