Perkembangan Kasus Chikungunya di Jawa Tengah
Chikungunya adalah penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes albopictus. Belakangan ini, Dinas Kesehatan Jawa Tengah mencatat adanya peningkatan kasus Chikungunya yang luar biasa. Pada tahun 2020, tercatat sekitar 28.010 kasus Chikungunya di Jawa Tengah, yang disebabkan oleh nyamuk Aedes albopictus. Jumlah ini sangat mengkhawatirkan. Selain demam berdarah, penderita Chikungunya juga mengalami peningkatan angka kematian yang signifikan. Pada tahun 2020, tercatat sekitar 22 orang meninggal dunia akibat Chikungunya. Angka ini meningkat drastis dibandingkan dengan tahun sebelumnya, di mana hanya tercatat 301 kematian dari 18.800 kasus Chikungunya. Diperkirakan angka kematian akan terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah kasus. Perubahan iklim menjadi salah satu faktor utama penyebaran penyakit ini. Suhu udara yang semakin meningkat akibat perubahan iklim membuat nyamuk Aedes albopictus semakin aktif. Selain itu, curah hujan yang meningkat juga menjadi faktor penyebaran Chikungunya. Nyamuk Aedes albopictus berkembang biak di genangan air yang terbentuk akibat curah hujan. Dalam ilmu meteorologi, fenomena ini disebut sebagai presipitasi. Presipitasi terjadi ketika uap air mengalami kondensasi dan berubah menjadi bentuk cair atau padat, seperti hujan atau salju. Presipitasi ini merupakan salah satu cara penyebaran Chikungunya melalui nyamuk Aedes albopictus. Dengan adanya informasi ini, kita dapat memahami mengapa kasus Chikungunya mengalami peningkatan di Jawa Tengah. Perubahan iklim dan presipitasi yang terjadi akibat perubahan iklim menjadi faktor utama penyebaran penyakit ini. Oleh karena itu, langkah-langkah pencegahan dan pengendalian yang efektif perlu dilakukan untuk mengatasi masalah ini.