Menemukan Identitas dalam Kasih Ilahi: Sebuah Refleksi tentang Kepemilikan dan Keberadaan **
** Bait pujian yang indah ini, "Ku disalibkan dengan Tuhanku; hidupNya pun diberi padaku. Memandang padaMu, ya Tuhanku, 'ku tiap saat benar milikMu. Setiap saat hatiku kenal kasih ilahi dan hidup kekal. Memandang PadaMu, ya Tuhanku, 'ku tiap saat benar milikMu," mengungkapkan sebuah kebenaran mendalam tentang identitas dan keberadaan manusia. Bait ini berbicara tentang sebuah transformasi, sebuah peralihan dari "aku" yang lama ke "aku" yang baru, yang dibentuk oleh kasih ilahi dan didedikasikan sepenuhnya kepada Tuhan. Pertama, bait ini menekankan konsep "disalibkan dengan Tuhanku." Ini bukan hanya sebuah metafora, tetapi sebuah realitas spiritual. Melalui kematian dan kebangkitan Kristus, kita juga mengalami kematian bagi diri kita yang lama, yang penuh dosa dan ketidaksempurnaan. Kita "disalibkan" bersama-sama dengan Dia, dan dalam kematian itu, kita menemukan pembebasan dari belenggu dosa dan penolakan terhadap kasih ilahi. Kedua, bait ini menyatakan bahwa "hidupNya pun diberi padaku." Ini adalah inti dari transformasi spiritual. Kita tidak lagi hidup untuk diri kita sendiri, tetapi untuk Dia yang telah memberikan hidupNya untuk kita. Hidup kita menjadi milikNya, dan dalam kepemilikan itu, kita menemukan makna dan tujuan sejati. Kita menjadi "milikNya" bukan karena paksaan, tetapi karena pilihan bebas untuk menerima kasihNya dan menyerahkan diri kepadaNya. Ketiga, bait ini menekankan pentingnya "memandang padaMu, ya Tuhanku." Melihat kepada Tuhan, merenungkan kasihNya, dan mengarahkan hati kita kepadaNya adalah kunci untuk menemukan identitas kita yang sejati. Dalam memandang kepadaNya, kita menemukan sumber kekuatan, penghiburan, dan arah hidup. Kita menyadari bahwa kita bukan lagi "aku" yang terpisah, tetapi bagian integral dari kasih ilahi yang tak terpisahkan. Bait ini menyentuh hati dan pikiran kita dengan sebuah pesan yang penuh harapan dan kekuatan. Kita tidak lagi terikat oleh dosa dan ketidakpastian, tetapi dibebaskan oleh kasih ilahi dan didedikasikan sepenuhnya kepada Tuhan. Dalam memandang kepadaNya, kita menemukan identitas kita yang sejati, sebuah identitas yang dibentuk oleh kasihNya dan didedikasikan untuk melayaniNya. Ini adalah sebuah perjalanan yang penuh tantangan, tetapi juga penuh dengan sukacita dan kepuasan, karena kita menemukan makna hidup kita dalam kasih ilahi yang tak terhingga.