Peran H. Agus Salim dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesi
H. Agus Salim adalah salah satu tokoh penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Meskipun ia pernah menjadi anggota Dewan (Volksraad), ia memilih untuk fokus sepenuhnya pada pergerakan kebangsaan dan cita-cita SI setelah berhenti dari jabatannya pada tahun 1924. Selain itu, H. Agus Salim juga aktif dalam bidang kewartawanan, percaya bahwa surat kabar memegang peranan penting dalam perjuangan. Pada tahun 1929, H. Agus Salim pergi ke Jenewa sebagai utusan kaum buruh untuk menghadiri Konferensi Buruh Internasional. Dalam konferensi tersebut, ia memberikan pidato dalam bahasa Perancis. Selama perjalanan tersebut, ia juga mengunjungi negeri Belanda. Pada tahun 1934, setelah H.O.S Tjokroaminoto meninggal dunia, H. Agus Salim terpilih menjadi ketua PSII. Pada tahun 1936, ia mendirikan Barisan Penyadar dan memimpin serta menyelenggarakan 7 Kongres Al-Islam dengan tujuan mencari jalan persatuan Islam dan kerja sama di antara kaum muslimin. Selama zaman pendudukan Jepang (tahun 1942-1945), H. Agus Salim diangkat menjadi anggota Dewan Pertimbangan Putera. Pada tahun 1945, ia juga diangkat sebagai penasihat Jong Islamieten Bond (JIB). H. Agus Salim memiliki cita-cita kebangsaan yang berdasarkan agama Islam, yaitu memajukan negeri berdasarkan cita-cita Islam. Pada permulaan revolusi, H. Agus Salim terpilih menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA). Pada tahun 1946, beliau menjadi Penasihat Menteri Luar Negeri. Kemudian, dia diangkat menjadi Menteri Muda Luar Negeri dalam Kabinet Syahrir II dan III. Dengan peran dan kontribusinya yang besar dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, H. Agus Salim merupakan salah satu tokoh yang patut dihormati dan diingat dalam sejarah bangsa.