Kejatuhan Majapahit: Perpecahan dan Pengaruh Hindu-Buddh
Majapahit, kerajaan yang pernah menjadi kekuatan besar di Nusantara, mengalami masa-masa sulit setelah kematian Gajah Mada pada tahun 1364. Kesulitan muncul ketika Hayam Wuruk, penguasa Majapahit pada saat itu, meninggal pada tahun 1389 dan digantikan oleh menantunya, Wikramawardhana. Namun, perpecahan dalam kekuasaan terjadi ketika Bhre Wirabhumi, putra Hayam Wuruk dari salah satu selirnya, diamanahkan untuk memimpin wilayah Majapahit di daerah timur Pulau Jawa. Perpecahan dalam kekuasaan Majapahit mencapai puncaknya pada peristiwa Paregreg, di mana kekuasaan terbagi antara Wikramawardhana dan Bhre Wirabhumi. Meskipun Bhre Wirabhumi akhirnya kalah dalam peristiwa ini, dampaknya terhadap keutuhan Majapahit sangat signifikan. Tiongkok, yang telah lama mengganggu kekuasaan Majapahit, kembali mencoba mempengaruhi daerah-daerah di luar Jawa. Kalimantan Barat, Malayu, dan Palembang melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit. Kemudian, Malaka dan daerah lainnya juga mengikuti jejak mereka. Kematian Wikramawardhana pada tahun 1429 menandai kemunduran Majapahit yang pernah megah. Peradaban Hindu-Buddha, yang menjadi cikal bakal peradaban masa sejarah di Indonesia, berlangsung selama berabad-abad sebelum pengaruh Islam datang. Peradaban ini membawa dampak positif bagi bangsa Indonesia. Jejak-jejak peradaban Hindu-Buddha masih dapat dikaji dan dinikmati hingga saat ini. Peninggalan-peninggalan dari masa Hindu-Buddha juga masih dapat ditemukan di berbagai tempat. Dengan kejatuhan Majapahit, perpecahan kekuasaan, dan pengaruh Hindu-Buddha yang kuat, sejarah Indonesia terus berkembang. Kejadian-kejadian ini memberikan wawasan yang berharga tentang masa lalu dan mempengaruhi perkembangan bangsa Indonesia hingga saat ini.