Islam dan Perkelahian Pelajar: Mengapa Kekerasan Bukan Jalan Solusi **
Islam memandang perkelahian pelajar dengan sudut pandang yang berbeda dari hukum positif di Indonesia. Dalam Islam, seseorang yang telah balig (dewasa) bertanggung jawab atas semua perbuatannya, baik dan buruk. Hal ini berbeda dengan hukum positif di Indonesia yang biasanya menetapkan usia 17 atau 18 tahun sebagai batas usia untuk dikenakan sanksi atas perbuatan. Oleh karena itu, Islam menekankan pentingnya pendidikan sejak dini. Orang tua didorong untuk membimbing dan mendidik anak-anak mereka tentang al-ahkamul al-khamsah, yaitu lima hukum Islam: wajib, sunnah, mubah, makruh, dan haram. Melalui pendidikan ini, anak-anak diajarkan untuk menghindari tindakan kekerasan, termasuk perkelahian atau tawuran pelajar. Ajaran Islam dengan tegas menolak kekerasan dalam bentuk apapun. Kekerasan bukanlah perwujudan dari Islam. Jika ingin membela kebenaran, harus dilakukan dengan cara-cara yang benar, bukan dengan kekerasan. Sebagai pelajar muslim, kita diingatkan dengan visi dan misi Islam sebagai agama yang damai, santun, dan rahmat untuk semesta alam (Islam yang rahmatan lil 'alamin), sebagaimana firman Allah Swt: [Tambahkan ayat Al-Quran yang relevan dengan tema] Kesimpulan:** Islam mengajarkan kita untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang damai dan bijaksana. Kekerasan bukanlah solusi, dan tidak akan pernah dibenarkan dalam Islam. Sebagai pelajar muslim, kita harus menjadi contoh teladan dalam bersikap santun dan toleran, serta selalu berusaha untuk menyebarkan kebaikan dan kedamaian di sekitar kita.