Ekstradisi dalam Kasus Kejahatan Siber: Menelisik Kewenangan Negara Asal Pelaku **
Kasus pembobolan ATM bermodus skimming yang dilakukan oleh Dmitri Gaskov, warga negara Estonia, di Denpasar, Bali, memunculkan pertanyaan mengenai kewenangan negara asal pelaku dalam mengadili kasus tersebut. Ekstradisi, proses penyerahan tersangka atau terpidana dari satu negara ke negara lain untuk diadili, menjadi topik yang relevan dalam konteks ini. Dalam hukum internasional, prinsip kedaulatan negara menjadi dasar dalam menentukan kewenangan pengadilan suatu negara. Artinya, setiap negara memiliki hak untuk mengadili kejahatan yang terjadi di wilayahnya. Namun, prinsip ini tidak mutlak. Dalam kasus kejahatan transnasional seperti skimming, yang melibatkan beberapa negara, muncul pertanyaan mengenai kewenangan mana yang lebih kuat. Indonesia, sebagai negara tempat kejahatan terjadi, memiliki kewenangan utama untuk mengadili Dmitri Gaskov. Hal ini didasarkan pada prinsip teritorialitas, yaitu kewenangan pengadilan suatu negara untuk mengadili kejahatan yang terjadi di wilayahnya. Namun, negara asal pelaku, Estonia, juga dapat mengajukan permohonan ekstradisi. Permohonan ini dapat diajukan berdasarkan perjanjian ekstradisi bilateral antara Indonesia dan Estonia, atau berdasarkan prinsip universalitas, yaitu kewenangan negara untuk mengadili kejahatan yang dianggap sebagai kejahatan internasional. Dalam kasus ini, beberapa faktor perlu dipertimbangkan dalam menentukan kewenangan yang lebih kuat. Pertama, tingkat kejahatan yang dilakukan. Jika kejahatan tersebut dianggap serius dan berdampak besar, Indonesia mungkin lebih cenderung untuk mengadili pelaku di dalam negeri. Kedua, keberadaan bukti dan saksi di Indonesia. Jika bukti dan saksi utama berada di Indonesia, hal ini dapat memperkuat kewenangan Indonesia untuk mengadili pelaku. Ketiga, hubungan diplomatik antara Indonesia dan Estonia. Hubungan diplomatik yang baik dapat mempermudah proses ekstradisi. Kesimpulan: Kewenangan negara asal pelaku dalam mengadili kasus kejahatan siber di Indonesia merupakan isu kompleks yang melibatkan berbagai faktor hukum internasional. Meskipun Indonesia memiliki kewenangan utama berdasarkan prinsip teritorialitas, Estonia juga dapat mengajukan permohonan ekstradisi berdasarkan perjanjian bilateral atau prinsip universalitas. Keputusan akhir mengenai kewenangan pengadilan akan ditentukan berdasarkan pertimbangan hukum dan diplomatik yang komprehensif. Wawasan:** Kasus ini mengingatkan kita akan pentingnya kerja sama internasional dalam memerangi kejahatan transnasional. Peningkatan koordinasi dan komunikasi antar negara sangat penting untuk memastikan bahwa pelaku kejahatan dapat diadili dan dihukum sesuai dengan hukum yang berlaku.