Peran Belanda dalam Konflik antara Kesultanan Gowa dan Kesultanan Makassar
Intervensi Belanda dalam Konflik Kesultanan Gowa dan Kesultanan Makassar Selama abad ke-17, terjadi konflik yang sengit antara Kesultanan Gowa dan Kesultanan Makassar di Sulawesi Selatan. Konflik ini melibatkan berbagai faktor politik, ekonomi, dan kekuasaan antara kedua kesultanan tersebut. Namun, peran Belanda dalam konflik ini juga sangat signifikan. Pada awalnya, Kesultanan Gowa mencoba mencari dukungan dari Belanda untuk melawan Kesultanan Makassar. Mereka berharap bahwa dengan bantuan Belanda, mereka dapat mengalahkan Kesultanan Makassar dan memperluas wilayah kekuasaan mereka. Namun, ketika Belanda merasa terancam oleh kekuatan Kesultanan Gowa, mereka berbalik dan mendukung Kesultanan Makassar. Intervensi Belanda ini memiliki dampak yang signifikan dalam konflik tersebut. Dukungan Belanda kepada Kesultanan Makassar memberikan kekuatan tambahan bagi mereka dalam melawan Kesultanan Gowa. Selain itu, Belanda juga menggunakan konflik ini sebagai kesempatan untuk memperluas pengaruh dan kekuasaan mereka di wilayah Sulawesi Selatan. Setelah serangkaian konflik yang berkepanjangan, terutama terkait dengan perebutan Benteng Makassar, kedua kesultanan akhirnya mengakhiri perang dengan Perjanjian Bongaya pada tahun 1667. Dalam perjanjian ini, Kesultanan Gowa mengakui kekuasaan Kesultanan Makassar dan mengakui kedaulatan Belanda. Perjanjian Bongaya ini menandai akhir dari konflik antara Kesultanan Gowa dan Kesultanan Makassar. Namun, peran Belanda dalam konflik ini tidak boleh diabaikan. Intervensi mereka dan dukungan kepada Kesultanan Makassar telah mempengaruhi jalannya konflik dan hasil akhirnya. Dalam kesimpulan, peran Belanda dalam konflik antara Kesultanan Gowa dan Kesultanan Makassar sangat penting. Dukungan mereka kepada Kesultanan Makassar dan intervensi mereka dalam konflik ini telah mempengaruhi jalannya konflik dan hasil akhirnya. Perjanjian Bongaya menjadi titik akhir dari konflik ini, dengan Kesultanan Gowa mengakui kekuasaan Kesultanan Makassar dan kedaulatan Belanda.