Pengalaman Pahit sebagai Pesakitan Pesantren
Malam ini, suasana di asrama Nurul Iman Pesantren Assunnah begitu tegang. Lampu kamar telah dimatikan, kecuali ruangan tengah tempat para santri berkumpul untuk shalat berjamaah. Aku merasa tegang dan cemas, karena malam ini aku akan menghadapi hukuman berat yang diberikan oleh pengurus asrama. Sebelumnya, aku telah mengalami perlakuan yang tidak manusiawi. Rambutku dipotong asal-asalan oleh para santri, membuatnya menjadi botak dan tidak beraturan. Kakiku pun membengkak dan berwarna merah bergaris akibat pukulan rotan yang keras. Aku merasa terpukul dan tidak mengerti apa yang telah aku lakukan untuk mendapatkan perlakuan seperti ini. Namun, hukuman terberat yang aku alami adalah hukuman gas. Aku dimasukkan ke dalam ruangan sempit dengan ukuran satu meter kali dua meter. Tubuhku hanya berbalut sarung tanpa baju, dan aku disiram dengan air comberan dan air pembuangan dari kamar mandi para santri. Aku merasakan siksaan yang tak terbayangkan, dan meskipun aku sudah mandi berkali-kali, bau air busuk itu tetap melekat pada tubuhku. Aku merasa seperti pesakitan di pesantren ini. Di tengah keadaan yang sulit ini, para santri menganggapku sebagai pencuri. Mereka menuntut agar aku mengganti semua uang dan barang yang mereka anggap hilang. Aku berusaha menjelaskan bahwa aku bukanlah pencuri, namun kata-kataku tidak didengarkan. Seorang santri senior dengan geram menampar wajahku dengan keras, membuatku terjatuh dan bibirku berdarah. Pengalaman ini begitu pahit bagiku. Aku merasa tidak adil dan tidak dimengerti. Aku berharap ada keadilan dan pemahaman yang lebih baik di pesantren ini. Meskipun aku mengalami perlakuan yang buruk, aku tetap berharap agar kebenaran terungkap dan aku bisa mendapatkan keadilan yang pantas. Kesimpulan: Pengalaman sebagai pesakitan pesantren ini telah mengajarkan aku banyak hal. Aku belajar tentang keadilan, pemahaman, dan pentingnya mendengarkan semua pihak sebelum membuat kesimpulan. Meskipun aku mengalami perlakuan yang tidak adil, aku tetap berusaha untuk tetap positif dan berharap agar kebenaran terungkap. Semoga di masa depan, pesantren ini dapat memberikan perlakuan yang lebih manusiawi dan adil kepada semua santrinya.