Pentingnya Menjaga Warisan Ilmu Ulam
Dalam beberapa waktu terakhir, umat Muslim di Indonesia telah mengalami duka yang mendalam dengan wafatnya beberapa ulama terkemuka. Kepergian mereka meninggalkan luka yang mendalam dan air mata kesedihan yang tak terbendung. Namun, perlu kita pahami bahwa kehilangan ulama bukan hanya berdampak pada perasaan kita, tetapi juga pada warisan ilmu yang mereka tinggalkan. Satu di antara ulama yang baru-baru ini kita kehilangan adalah Abah Guru Danau, seorang guru yang merupakan penerus perjuangan Abah Guru Sekumpul dalam membimbing dan membina umat. Beliau wafat pada Jumat, 2 Februari 2024 di Kalimantan. Sebelumnya, pada tanggal 25 Januari 2024, kita juga kehilangan seorang ulama besar, yaitu Guru Daripada Abah Guru Danau, Al Habib Muhammad Shodil Al-Hamid, di Probolinggo, Jawa Tengah. Kehilangan ulama dalam waktu yang begitu singkat ini menimbulkan kekhawatiran yang mendalam. Hal ini menandakan bahwa ilmu di muka bumi ini secara perlahan akan dicabut. Dampaknya, mungkin akan muncul beberapa ulama yang kurang memiliki keilmuan agama yang kompeten. Mereka mungkin hanya sebatas ngustadz, istilah untuk ustadz atau penceramah yang tidak memiliki keilmuan yang memadai. Keberadaan mereka dapat menyesatkan umat. Perlu kita ingat bahwa Allah tidak mencabut ilmu dari hamba-Nya secara tiba-tiba. Namun, Allah mencabut ilmu dengan cara mencabut para ulama. Oleh karena itu, menjaga warisan ilmu ulama menjadi sangat penting. Warisan ilmu ini tidak hanya berupa kitab-kitab dan tulisan-tulisan mereka, tetapi juga nilai-nilai dan ajaran yang mereka sampaikan. Dalam menjaga warisan ilmu ulama, kita perlu melakukan beberapa langkah. Pertama, kita harus terus mempelajari dan mengamalkan ajaran yang telah mereka sampaikan. Kita harus menghargai dan menghormati ilmu yang mereka berikan kepada kita. Kedua, kita harus mendukung lembaga-lembaga pendidikan agama yang menjadi tempat berkembangnya ilmu ulama. Dengan mendukung lembaga-lembaga ini, kita dapat memastikan bahwa generasi mendatang akan terus menerima pendidikan agama yang berkualitas. Selain itu, kita juga perlu menghargai dan menghormati ulama yang masih hidup. Mereka adalah pewaris ilmu dan penjaga warisan ilmu ulama sekarang ini. Dengan menghormati mereka, kita memberikan penghargaan atas dedikasi dan pengorbanan mereka dalam menyebarkan ilmu agama. Dalam menghadapi kehilangan ulama, kita tidak boleh terpuruk dalam kesedihan. Sebaliknya, kita harus mengambil pelajaran dan memperkuat semangat untuk menjaga warisan ilmu ulama. Kita harus menjadi generasi yang berkomitmen untuk terus belajar dan mengamalkan ajaran agama dengan baik. Dalam kesimpulan, kehilangan ulama adalah kehilangan yang besar bagi umat Muslim. Oleh karena itu, menjaga warisan ilmu ulama menjadi tanggung jawab kita semua. Dengan menjaga warisan ini, kita dapat memastikan bahwa ajaran agama tetap terjaga dan tidak terdistorsi. Mari kita terus belajar dan mengamalkan ajaran yang telah mereka sampaikan, serta mendukung lembaga-lembaga pendidikan agama yang menjadi tempat berkembangnya ilmu ulama.