Prinsip Syariah dalam Perbankan Syariah
Prinsip syariah adalah perjanjian yang dilandaskan pada hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana atau pembiayaan dalam bentuk kegiatan usaha atau transaksi lainnya yang disesuaikan dengan syariah. Beberapa kegiatan usaha atau transaksi tersebut antara lain adalah pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan dengan prinsip pencertian modal (musyarakah), prinsip jual beli, pembiayaan berdasarkan sewa murni (ijarah), dan pemindahan hak milik barang yang disewa dari pihak bank kepada pihak lain (garar wa iqtina). Pada tahun 1998, dikeluarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yang menjadi dasar hukum operasional perbankan syariah. Seiring dengan perkembangan waktu, keberadaan perbankan syariah semakin kuat dan jumlah bank syariah meningkat secara signifikan dari tahun ke tahun. Kemudian, pada tahun 2008, terbitlah Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang terdiri dari 13 bab dengan 70 pasal yang mengatur tambahan beberapa prinsip baru, antara lain tentang tata kelola (corporate governance), prinsip kehati-hatian (prudential principles), manajemen risiko (risk management), penyelesaian sengketa, otoritas fatwa, komite perbankan syariah, dan pembinaan dan pengawasan bank syariah. Kegiatan dan usaha bank syariah tidak jauh berbeda dengan bank konvensional. Namun, terdapat perbedaan prinsipil antara keduanya, yaitu transaksi yang mengandung riba pada bank konvensional diupayakan untuk dihindari dalam bank syariah. Adapun tiga kegiatan utama bank syariah adalah: 1. Penghimpunan dana Prinsip penghimpunan dana pada bank syariah sesuai dengan fatwa Dewan Syariah Nasional terdiri dari dua macam, yaitu penghimpunan dana dengan prinsip wadiah. Wadiah adalah titipan dari satu pihak ke pihak lain, baik sebagai individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dipertanggungjawabkan oleh pihak penerima. Wadiah terdiri dari dua macam, yaitu wadiah yang sudah dikembalikan kepada pihak yang menitipkan dan wadiah yang belum dikembalikan kepada pihak yang menitipkan. 2. Pembiayaan Pembiayaan dalam bank syariah dilakukan dengan prinsip bagi hasil (mudharabah) dan prinsip pencertian modal (musyarakah). Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil adalah pembiayaan yang dilakukan oleh bank syariah kepada pihak lain dengan kesepakatan bahwa keuntungan akan dibagi sesuai dengan kesepakatan awal. Sedangkan pembiayaan dengan prinsip pencertian modal adalah pembiayaan yang dilakukan oleh bank syariah dengan cara menyertakan modal bersama dengan pihak lain untuk menjalankan usaha. 3. Penyaluran dana Penyaluran dana dalam bank syariah dilakukan dengan prinsip jual beli dan pembiayaan berdasarkan sewa murni (ijarah). Prinsip jual beli adalah penyaluran dana yang dilakukan oleh bank syariah dengan cara membeli barang atau jasa dari pihak lain dan menjualnya kembali dengan harga yang ditentukan. Sedangkan pembiayaan berdasarkan sewa murni adalah penyaluran dana yang dilakukan oleh bank syariah dengan cara menyewakan barang atau jasa kepada pihak lain dengan pembayaran sewa yang telah disepakati. Dengan adanya prinsip syariah dalam perbankan syariah, diharapkan dapat memberikan alternatif bagi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan finansial mereka dengan cara yang sesuai dengan prinsip-prinsip agama Islam.