Kisah Kejujuran Dua Bocah Penjual Tisu di Jakart
<br/ >Pada suatu hari di atas jembatan penyeberangan JI Setia Budi Jakarta, terlihat dua anak penjual tisu yang berusia sekitar delapan tahun sedang menawarkan tisu kepada seorang perempuan yang melewati jembatan tersebut. Mereka menjual satu bungkus tisu dengan harga Rp.2.500,-. Perempuan itu tampak ingin membeli satu bungkus tisu dan menyodorkan selembar uang Rp.10.000,- kepada kedua anak tersebut. <br/ > <br/ >Namun, masalah muncul ketika kedua anak tersebut tidak memiliki uang kembalian. Mereka meminta agar dibayar dengan uang pas, namun perempuan itu tidak memiliki uang pas seperti yang diminta. Salah satu anak mencoba mencari orang di sekitar yang bisa menukar uang Rp.10.000,- dengan pecahan yang mereka butuhkan. Namun, sebelum anak tersebut berhasil mendapatkan uang pecahan yang dicarinya, perempuan itu sudah pergi dengan mengatakan agar kembaliannya diambil saja. <br/ > <br/ >Beberapa langkah setelah perempuan itu pergi, anak yang lain datang sambil membawa uang Rp.4.000,- untuk diberikan kepada perempuan tersebut. Anak tersebut memaksa perempuan itu untuk menerimanya dan menyampaikan bahwa sisanya akan dikembalikan jika ia lewat tempat itu lagi. Perempuan itu pun terpaksa menerima uang tersebut karena anak tersebut segera meninggalkannya. <br/ > <br/ >Uang pecahan Rp.4.000,- tersebut didapatkan dari seorang laki-laki yang kebetulan lewat di tempat tersebut. Anak tersebut meminta laki-laki tersebut untuk menunggu karena anak yang lain sedang menukarkan uang Rp.10.000,- ke pecahan yang mereka butuhkan di bawah jembatan. Setelah beberapa saat, anak tersebut mengembalikan uang Rp.4.000,- yang diterimanya dari laki-laki tersebut. <br/ > <br/ >Sumber: Dikutip dari http://www.kaskus.co.id/thread/5417de30becb6b/untuk-direnungkan-kisah-kejujuran-dua-bocah-penjual-tissue