Senja di Persimpangan Jalan **
Mentari perlahan meredup, meninggalkan langit jingga yang menawan. Di sebuah taman kota yang sepi, dua sahabat, Rara dan Maya, duduk berdampingan di bangku kayu. Keduanya terdiam, hanya suara gemerisik daun yang menemani mereka. "Besok aku berangkat," ucap Rara, suaranya sedikit bergetar. Maya menoleh, matanya berkaca-kaca. "Aku tahu," jawabnya lirih. Sejak kecil, mereka selalu bersama. Berbagi suka duka, mimpi, dan rahasia. Kini, sebuah kesempatan emas menanti Rara di kota lain, sebuah kesempatan yang tak bisa ia tolak. "Aku akan merindukanmu," kata Maya, suaranya terisak. Rara mengusap air mata Maya. "Aku juga akan merindukanmu. Tapi, ini adalah kesempatan yang tak boleh kulewatkan. Aku harus mengejar mimpiku." Mereka terdiam lagi, masing-masing larut dalam pikirannya. Senja semakin gelap, bintang-bintang mulai bermunculan. "Janji, kita akan tetap berhubungan," kata Rara, memeluk Maya erat. "Janji," jawab Maya, air matanya kembali mengalir. Mereka berjanji untuk saling menjaga, meskipun jarak memisahkan mereka. Mereka percaya, persahabatan mereka akan tetap kuat, seperti bintang-bintang yang tetap bersinar di langit malam, meskipun terpisah oleh kegelapan. Penutup:** Perpisahan memang menyakitkan, namun persahabatan sejati akan tetap terjaga, meskipun jarak dan waktu memisahkan. Seperti senja yang perlahan meredup, persahabatan mereka akan tetap terukir di hati, menjadi kenangan indah yang tak terlupakan.