Di Antara Dua Dunia **
** Di tengah deretan rak-rak buku tua di perpustakaan yang sunyi, Luther dan Simon berbincang. Udara dingin dan aroma kertas usang menyelimuti mereka, menciptakan suasana mistis yang cocok untuk percakapan mereka yang tak biasa. "Luther, kau tahu kau demon, kan?" tanya Simon, suaranya berbisik pelan. "Kebiasaan makhlukmu menyesatkan dan membunuh manusia, tapi kenapa kau tak membunuhku?" Luther tersenyum tipis, matanya berkilat tajam. "Pertama, aku istrimu, jika kau lupa. Kedua, kau terlalu memancarkan aura positif yang bisa membuatku terbunuh." Simon mengerutkan kening, "Ooh, aku ada pertanyaan lagi. Apakah salib terbalik itu memang lambang kesesatan?" "Tentu saja tidak," jawab Luther dengan nada mengejek. "Hanya orang bodoh yang percaya itu. Media film yang membuat film bertema iblis dan kultus sesat, sejujurnya itu perlambangan suci. Santo Petrus mengorbankan dirinya dan disalib terbalik karena merasa tak pantas disandingkan oleh Kristus." "Kau tahu banyak hal soal agama," ujar Simon, terkesan. "Kau harus tahu agama untuk menyesatkan manusia," Luther menjelaskan. "Kau tahu, membuat mereka merasa sok suci atau menyerang satu sama lain yang sama atau berbeda keyakinan dengan mereka. Itu tugas kami. Dan itulah kenapa aku tahu banyak hal soal agama, tapi bukan berarti aku 100% yakin terhadap agama." "Kenapa kau tidak mengimani agama?" tanya Simon penasaran. "Pertama, demon tinggal di neraka seumur hidup," jawab Luther. "Dia tak akan bisa masuk surga meskipun kau berbuat sebaik apapun. Itu tugasmu di sana, untuk selamanya menjaga dan membersihkan para pendosa, juga pergi ke bumi untuk menyebarkan muslihat dan kejahatan. Dan kau tahu, aku mungkin akan beriman jika itu bisa membuat kita tetap bersama selamanya." "Tapi kenapa tak bisa bersama?" tanya Simon, suaranya bergetar. "Karena jiwaku akan hancur setelah mati," jawab Luther, matanya berkaca-kaca. "Aku tak pernah benar-benar hidup. Dan jika kau bertanya soal satanisme, aku tak mengikutinya. Kau tahu setan itu bajingan sialan yang membuatku bekerja sebagai budak korporat di neraka. Tuhan tak benar-benar membantuku saat aku ingin pergi ke tempat yang baik, menjadi baik." Simon terdiam, tercengang dengan sudut pandang Luther yang aneh. "Owwhhhh, sudut pandangmu aneh," gumamnya. Luther hanya mengangkat bahu, "Terserah." Di tengah keheningan yang menyelimuti mereka, terbersit pertanyaan: apakah Luther benar-benar demon? Atau hanya manusia yang terjebak di antara dua dunia, mencari makna dan tujuan hidup di tengah kegelapan?