Bagaimana Raja Termuda Majapahit Menghadapi Tantangan Kekuasaan?
Raja terakhir Majapahit, Brawijaya V, menghadapi tantangan yang berat dalam mempertahankan kekuasaan kerajaan yang telah mencapai puncak kejayaannya. Ia mewarisi kerajaan yang luas dan kompleks, namun juga menghadapi ancaman dari dalam dan luar. Masa pemerintahannya diwarnai dengan konflik internal, pemberontakan, dan serangan dari kerajaan-kerajaan lain.
Tantangan Internal: Perebutan Kekuasaan dan Perpecahan
Brawijaya V menghadapi tantangan internal yang serius sejak awal pemerintahannya. Ia dihadapkan pada perebutan kekuasaan di dalam keluarga kerajaan. Saudara-saudaranya, yang merasa berhak atas tahta, berusaha merebut kekuasaan. Perpecahan di dalam keluarga kerajaan melemahkan posisi Brawijaya V dan membuka peluang bagi para pemberontak untuk melancarkan serangan.
Ancaman Eksternal: Serangan dari Kerajaan Lain
Selain tantangan internal, Brawijaya V juga menghadapi ancaman dari kerajaan-kerajaan lain. Kerajaan Demak, yang dipimpin oleh Raden Patah, semakin kuat dan mengancam wilayah Majapahit. Serangan-serangan dari Demak semakin sering dan mengancam keberadaan Majapahit.
Upaya Mempertahankan Kekuasaan: Diplomasi dan Militer
Brawijaya V berusaha mempertahankan kekuasaan dengan berbagai cara. Ia menggunakan diplomasi untuk menjalin hubungan baik dengan kerajaan-kerajaan lain, termasuk Demak. Ia juga menggunakan kekuatan militer untuk menghadapi serangan dari Demak dan pemberontakan di dalam kerajaan.
Keruntuhan Majapahit: Kekalahan dan Warisan
Meskipun berusaha keras, Brawijaya V tidak mampu mempertahankan kekuasaan Majapahit. Ia kalah dalam perang melawan Demak dan terpaksa menyerahkan tahta. Keruntuhan Majapahit menandai berakhirnya era kejayaan kerajaan Hindu-Buddha di Jawa.
Meskipun Majapahit runtuh, warisan kerajaan ini tetap hidup. Budaya, seni, dan arsitektur Majapahit masih dapat dilihat hingga saat ini. Keruntuhan Majapahit juga menjadi pelajaran penting tentang pentingnya persatuan dan kesatuan dalam menghadapi tantangan.