Pembubaran Konstituante: Penyebab dan Dampaknya terhadap Ketatanegaraan Indonesi
Pembubaran Konstituante disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi jalannya sidang Konstituante. Salah satu faktor penyebabnya adalah Konstituante tidak dapat memenuhi panggilan presiden. Selain itu, Konstituante juga mengalami kesulitan dalam mencapai quorum karena sidang Konstituante seringkali diulur-ulur. Tugas Konstituante telah selesai menjadi alasan lain yang menyebabkan pembubaran Konstituante. Setelah menyelesaikan tugasnya, Konstituante tidak lagi diperlukan dan tidak ada alasan untuk melanjutkan sidang. Pada saat pembubaran Konstituante, beberapa keputusan penting diambil. Salah satunya adalah memberlakukan kembali UUD 1945 sebagai dasar negara. Selain itu, MPR dan DPA sementara juga dibentuk untuk menggantikan fungsi Konstituante. Pada masa demokrasi terpimpin, pelaksanaan pemerintahan didasarkan pada UUD 1945. Namun, terdapat beberapa penyimpangan terhadap Pancasila dan UUD 1945. Misalnya, pembubaran DPR hasil pemilu dan penggantinya dengan DPR Gotong Royong yang diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. Hal ini menunjukkan adanya pemerasan terhadap Pancasila dan perubahan dalam sistem politik. Kepemimpinan Presiden Soekarno dengan demokrasi terpimpinnya jatuh pada tahun 1966 dan digantikan oleh Orde Baru yang dipimpin oleh Presiden Soeharto. Orde Baru memiliki prioritas utama dalam pembangunan ekonomi, stabilitas politik, dan keamanan. Namun, dalam mencapai tujuan tersebut, terdapat pembatasan terhadap hak-hak politik rakyat dan demokrasi. Sistem pemerintahan Orde Baru memiliki beberapa ciri khas. Salah satunya adalah kekuasaan yang berada di tangan lembaga eksekutif. Selain itu, Orde Baru juga berhasil dalam program transmigrasi, program berencana, dan memerangi buta huruf. Namun, perubahan tersebut juga menyebabkan ketidaksesuaian dengan UUD 1945. Setelah masa reformasi, MPR melakukan beberapa amandemen atas UUD 1945. Amandemen ini dilakukan sebanyak dua kali untuk mengakomodasi perubahan-perubahan mendasar dalam ketatanegaraan Indonesia. Beberapa perubahan tersebut meliputi pembentukan Mahkamah Konstitusi dan Komisi Yudisial, serta pemilihan presiden dan wakil presiden secara langsung oleh rakyat. Dengan pembubaran Konstituante dan perubahan-perubahan dalam ketatanegaraan Indonesia, terdapat dampak yang signifikan terhadap sistem politik dan pemerintahan. Hal ini menunjukkan pentingnya memahami sejarah dan perkembangan ketatanegaraan Indonesia untuk memahami kondisi saat ini.