KPK: Menangani Kekurangan Integritas dalam Program JKN
KPK: Menangani Kekurangan Integritas dalam Program JKN Dalam sebuah wawancara yang diadakan oleh BPJS Kesehatan, Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Alexander Marwata mengungkapkan kekhawatiran tentang kelemahan atau kecurangan dalam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Menurutnya, pengelolaan program JKN yang tidak berintegritas dapat menyebabkan penyalahgunaan dana, mengurangi kepercayaan publik, dan mengancam keberlanjutan program JKN di masa depan. Marwata mengatakan bahwa kerugian akibat kecurangan di bidang kesehatan adalah sekitar 10% dari pengeluaran untuk kesehatan masyarakat, yang setara dengan Rp 20 triliun secara nominal. Ini termasuk kasus-kasus seperti manipulasi/phantom billing yang dilakukan oleh fasilitas kesehatan (faskes), baik pusat maupun daerah yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Selain itu, ada kasus-kasus lain seperti memanipulasi data peserta dan melakukan pemanfaatan layanan yang tidak diperlukan untuk mendapatkan keuntungan, seperti tindakan medis yang berlebihan atau pemberian obat-obatan yang tidak diperlukan. Untuk mengatasi masalah ini, KPK terus melakukan upaya pencegahan melalui pembangunan ekosistem yang berintegritas dengan semua pemangku kepentingan terkait. Marwata menekankan bahwa pemberantasan korupsi bukanlah tugas KPK saja, tetapi tugas kita bersama-sama. Dia mendorong semua orang untuk melaporkan kecurangan atau tindakan korupsi yang mereka ketahui ke BPJS atau melaporkannya melalui sistem whistle blower. Dengan mengambil tindakan yang tepat, kita dapat memastikan bahwa program JKN tetap berjalan dengan integritas dan kepercayaan publik, sehingga dapat memberikan perlindungan yang dibutuhkan kepada semua peserta.