Dilema Moral dalam Alkisah Sutasoma: Menelisik Benang Merah Antara Ajaran Agama dan Keadilan **
Alkisah Sutasoma, sebuah karya sastra Jawa Kuno, menghadirkan dilema moral yang menarik. Kisah ini menceritakan tentang Raja Purusada yang diperintahkan oleh Pendeta untuk dibunuh oleh Sutasoma. Perintah ini menimbulkan pertanyaan mendalam: bagaimana mungkin membunuh, yang dilarang dalam ajaran agama, dapat dibenarkan? Pertama, penting untuk memahami konteks cerita. Alkisah Sutasoma menggambarkan konflik antara dua kekuatan: kekuasaan duniawi (raja) dan kekuatan spiritual (pendeta). Raja Purusada digambarkan sebagai penguasa yang zalim dan tidak adil, sementara Sutasoma adalah seorang bijak yang berjuang untuk menegakkan keadilan. Dalam konteks ini, perintah membunuh Raja Purusada dapat dimaknai sebagai upaya untuk menegakkan keadilan dan menyelamatkan rakyat dari tirani. Sutasoma, sebagai tokoh yang mewakili nilai-nilai spiritual, mungkin melihat tindakan ini sebagai jalan terakhir untuk mencapai keadilan. Namun, di sisi lain, ajaran agama secara tegas melarang pembunuhan. Dilema moral ini menunjukkan bahwa terkadang, nilai-nilai spiritual dan keadilan duniawi dapat berbenturan. Alkisah Sutasoma mengajarkan kita untuk berpikir kritis tentang dilema moral yang kompleks. Kisah ini mengingatkan kita bahwa terkadang, kita dihadapkan pada pilihan sulit yang tidak memiliki jawaban mudah. Penting untuk mempertimbangkan semua aspek, termasuk nilai-nilai spiritual, keadilan, dan konsekuensi dari setiap tindakan, sebelum mengambil keputusan. Penutup:** Alkisah Sutasoma, dengan dilema moralnya yang mendalam, mengajak kita untuk merenungkan makna keadilan dan peran agama dalam kehidupan manusia. Kisah ini mengingatkan kita bahwa dalam menghadapi situasi sulit, kita harus selalu berusaha untuk bertindak berdasarkan nilai-nilai luhur dan mencari solusi yang adil dan bermartabat.