Lia dan Kursi Penonton yang Berulah **
Lia menggigit bibirnya, matanya berkaca-kaca. Ketiga kakaknya, Shani, Gracia, dan Feni, berdiri di depannya dengan wajah yang tidak bisa dibaca. "Lia, kamu kenapa sih? Kok bisa jatuh dari kursi penonton?" tanya Shani, suaranya terdengar khawatir. Lia menunduk, malu. "Aku gak sengaja, Kak. Kursi itu tiba-tiba goyang, terus aku jatuh." "Goyang? Kursi penonton kok bisa goyang?" tanya Gracia, alisnya bertaut. "Iya, Kak. Kayaknya ada yang nge-prank aku," jawab Lia, suaranya berbisik. Feni, yang selama ini diam, tiba-tiba tertawa. "Kamu di-prank? Masa sih? Siapa yang mau nge-prank kamu?" Lia menggeleng, tidak tahu harus menjawab apa. Dia memang tidak tahu siapa yang menjahili dirinya. Yang jelas, dia merasa sangat malu karena jatuh di depan banyak orang. "Lia, kamu harus hati-hati. Jangan mudah percaya sama orang," pesan Shani. "Kamu kan lagi terkenal, banyak yang iri sama kamu." "Iya, Lia. Jangan sampai kejadian kayak gini terulang lagi," tambah Gracia. Lia mengangguk, matanya masih berkaca-kaca. Dia berjanji akan lebih berhati-hati di masa depan. Dia tidak ingin membuat ketiga kakaknya khawatir lagi. Penutup:** Kejadian ini mengajarkan Lia untuk lebih berhati-hati dan tidak mudah percaya kepada orang lain. Dia juga belajar bahwa popularitas bisa menjadi pedang bermata dua. Di satu sisi, popularitas bisa membawa kebahagiaan dan kesuksesan. Namun di sisi lain, popularitas juga bisa menjadi sumber masalah dan bahaya. Lia berjanji akan terus belajar dan berkembang, agar dia bisa menghadapi segala tantangan yang datang padanya. Dia ingin menjadi idola yang menginspirasi dan membanggakan bagi para penggemarnya.