Perkembangan Bahasa Melayu di Kawasan Asia Tenggar
Bahasa Melayu telah menjadi bahasa yang penting dan digunakan luas di kawasan Asia Tenggara sejak abad ke-7. Hal ini dapat dilihat dari berbagai bukti sejarah yang mendukung perkembangannya. Salah satu bukti yang menarik adalah prasasti Telaga Biru, yang menjadi saksi bisu dari penggunaan bahasa Melayu pada masa lampau. Selain itu, SK bernomor k.b.1871 no 104 yang dikeluarkan oleh pemerintah kolonial Belanda juga merupakan bukti kuat akan eksistensi bahasa Melayu di wilayah tersebut. Dokumen resmi tersebut menegaskan status bahasa Melayu sebagai salah satu bahasa administrasi yang sah pada masa itu. Di samping itu, prasasti Kedukan Bukit juga menjadi bukti arkeologis yang menguatkan keberadaan bahasa Melayu di kawasan Asia Tenggara. Prasasti tersebut memberikan gambaran tentang penggunaan bahasa Melayu dalam konteks sejarah dan kebudayaan masyarakat setempat. Namun, daftar kata-kata yang disusun oleh seorang Portugis bernama Pigafetta pada tahun 1522 bukanlah bukti pendukung pernyataan bahwa bahasa Melayu sudah digunakan sejak abad ke-7. Meskipun dokumentasi tersebut memberikan wawasan tentang interaksi antarbangsa pada masa itu, namun bukti-bukti lain yang lebih konsisten menegaskan keberadaan bahasa Melayu sejak zaman dahulu. Dengan demikian, melalui berbagai bukti sejarah yang kuat seperti prasasti Telaga Biru, SK pemerintah kolonial Belanda, dan prasasti Kedukan Bukit, dapat dipastikan bahwa bahasa Melayu memang telah lama menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat di kawasan Asia Tenggara sejak berabad-abad yang lalu.