Kebangsaan Indonesia Menurut Soekarno: Persatuan Antara Orang dan Tempat
Dalam pidatonya, Soekarno mengajukan pertanyaan tentang apa yang dinamakan bangsa dan syarat-syaratnya. Ia mengutip pendapat tokoh terkemuka seperti Ernest Renan dan Otto Bauer. Menurut Renan, syarat bangsa adalah "kehendak akan bersatu", di mana orang-orangnya merasa diri bersatu dan mau bersatu. Sementara itu, Bauer mendefinisikan bangsa sebagai "satu persatuan perangai yang timbul karena persatuan nasib". Namun, Soekarno tidak sepenuhnya setuju dengan pandangan mereka. Soekarno menyatakan bahwa pada saat itu belum ada ilmu baru yang disebut Geopolitik, yang merujuk pada hubungan antara politik dengan teritori dalam skala lokal, nasional, dan internasional. Geopolitik adalah ilmu atau studi mengenai penyelenggaraan negara yang kebijakannya dikaitkan dengan masalah-masalah geografi wilayah atau daerah pada suatu bangsa. Akhirnya, Soekarno setuju dengan pandangan Ki Bagus Hadikusumo dan Munanan bahwa kebangsaan erat hubungannya dengan persatuan antara "orang dan tempat". Menurut Soekarno, orang dan tempat tidak dapat dipisahkan. Rakyat tidak dapat dipisahkan dari bumi yang mereka diami. Renan dan Bauer hanya memperhatikan karakter dan perasaan orang, tanpa memperhatikan tempat atau bumi yang didiami oleh manusia. Dalam kesimpulannya, Soekarno menekankan pentingnya persatuan antara orang dan tempat dalam membangun kebangsaan Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa kebangsaan tidak hanya melibatkan aspek sosial dan budaya, tetapi juga aspek geografis dan lingkungan. Persatuan antara manusia dan tempatnya adalah kunci untuk memperkuat identitas bangsa Indonesia.