Pandangan Teori Klasik dan Teori Modern terhadap Kasus Anak Membunuh Temannya di Garut
Pendahuluan: Kasus anak membunuh temannya di Garut menimbulkan debatable isu mengenai bagaimana hukum memandang tindakan anak di bawah umur yang melakukan kekerasan. Dalam artikel ini, kita akan menganalisis bagaimana teori klasik dan teori modern memandang kasus ini. Bagian 1: Pandangan Teori Klasik Teori klasik memandang bahwa anak di bawah umur yang melakukan kekerasan harus dihukum dengan sifat perawatan. Dalam kasus ini, anak tersebut dinyatakan bersalah melanggar Pasal 76C Jo Pasal 80 ayat 3 UU RI Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak. Menurut teori klasik, hukuman yang diberikan kepada anak tersebut adalah perawatan selama satu tahun di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas I Bandung. Teori klasik menekankan pentingnya rehabilitasi dan perlindungan anak di bawah umur yang berhadapan dengan hukum. Bagian 2: Pandangan Teori Modern Teori modern memandang bahwa anak di bawah umur yang melakukan kekerasan harus dihukum dengan sifat perawatan dan rehabilitasi. Dalam kasus ini, anak tersebut diwajibkan untuk mengikuti pelatihan kerja selama dua bulan setelah menjalani perawatan. Teori modern menekankan pentingnya memberikan kesempatan kepada anak di bawah umur untuk memperbaiki diri dan kembali ke masyarakat dengan baik. Teori modern juga menekankan pentingnya memberikan dukungan dan bimbingan kepada anak di bawah umur yang berhadapan dengan hukum. Kesimpulan: Kasus anak membunuh temannya di Garut menimbulkan isu debatable mengenai bagaimana hukum memandang tindakan anak di bawah umur yang melakukan kekerasan. Teori klasik memandang bahwa anak tersebut harus dihukum dengan sifat perawatan, sedangkan teori modern memandang bahwa anak tersebut harus dihukum dengan sifat perawatan dan rehabilitasi. Kedua teori ini menekankan pentingnya memberikan perlindungan dan rehabilitasi kepada anak di bawah umur yang berhadapan dengan hukum.