Hubungan Manusia dan Alam dalam Perspektif Kitab Kejadian
Manusia dan alam memiliki keterikatan yang tak terpisahkan. Sejak awal penciptaan, relasi keduanya terjalin erat, terbingkai dalam harmoni dan tanggung jawab. Kitab Kejadian, sebagai kitab pertama dalam Alkitab, memberikan perspektif yang mendalam tentang hubungan manusia dan alam, mengungkap makna di balik penciptaan dan tanggung jawab manusia sebagai pengelola ciptaan Tuhan.
Peran Manusia sebagai Pengelola Alam
Kitab Kejadian dengan gamblang menyatakan bahwa manusia diciptakan untuk mengelola alam. "Tuhan Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya di taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu." (Kejadian 2:15). Ayat ini menunjukkan bahwa manusia diberi mandat untuk berinteraksi secara aktif dengan alam, bukan hanya sebagai penghuni pasif.
Manusia diberi tanggung jawab untuk "mengusahakan" yang berarti mengolah, mengembangkan, dan memanfaatkan sumber daya alam untuk kesejahteraan bersama. Di sisi lain, "memelihara" menggarisbawahi pentingnya menjaga kelestarian alam, menjaganya agar tetap seimbang dan produktif.
Ketergantungan Manusia pada Alam
Meskipun manusia diberi mandat untuk mengelola alam, Kitab Kejadian juga menegaskan bahwa manusia tetaplah bagian dari alam dan bergantung padanya. Manusia dibentuk dari "debu tanah" (Kejadian 2:7), menunjukkan keterhubungan intrinsik dengan alam.
Ketergantungan ini terlihat jelas dalam kebutuhan dasar manusia, seperti makanan, air, dan udara bersih, yang semuanya berasal dari alam. Keberlangsungan hidup manusia bergantung pada kesehatan dan keseimbangan ekosistem.
Keharmonisan Manusia dan Alam
Kitab Kejadian melukiskan gambaran indah tentang keharmonisan antara manusia dan alam di Taman Eden. Manusia hidup selaras dengan alam, menikmati kelimpahan dan keindahannya. Binatang-binatang hidup berdampingan dengan manusia, dan alam menyediakan segala kebutuhan mereka.
Keharmonisan ini mencerminkan hubungan ideal antara manusia dan alam. Hubungan yang didasarkan pada rasa hormat, tanggung jawab, dan kesadaran bahwa manusia adalah bagian integral dari alam, bukan penguasa yang terpisah.
Kerusakan Alam sebagai Konsekuensi Ketidaktaatan
Sayangnya, keharmonisan tersebut ternoda oleh ketidaktaatan manusia. Dosa mengakibatkan kerusakan alam, yang digambarkan melalui kisah air bah. Banjir besar yang melanda bumi menjadi simbol nyata dari konsekuensi ketika manusia abai terhadap tanggung jawabnya sebagai pengelola alam.
Kisah air bah memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya menjaga keseimbangan alam. Kerusakan alam bukan hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga pada manusia itu sendiri.
Manusia dan alam terhubung dalam jalinan yang kompleks dan saling bergantung. Kitab Kejadian memberikan dasar yang kuat tentang peran manusia sebagai pengelola alam yang bertanggung jawab. Keharmonisan, ketergantungan, dan konsekuensi dari kerusakan alam adalah pesan-pesan penting yang relevan hingga saat ini. Menjaga alam berarti menjaga kehidupan, baik kehidupan manusia maupun seluruh ciptaan.