Strategi dan Kebijakan Iklim untuk Menghadapi Transisi Energi dari Bahan Bakar Fosil
Meskipun janji penurunan emisi telah diumumkan, laporan terbaru dari UN Environment Programme menunjukkan bahwa industri minyak masih akan tetap menjadi kekuatan utama dalam beberapa dekade mendatang, menciptakan narasi yang bertentangan dengan aspirasi global untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Perlunya strategi dan kebijakan iklim yang matang untuk negara-negara yang bergantung pada bahan bakar fosil agar dapat menghadapi transisi energi dengan lebih baik. Kesenjangan produksi yang diidentifikasi dalam laporan UN Environment Programme, di mana produsen bahan bakar fosil berencana untuk meningkatkan produksi meski ada janji penurunan emisi, menunjukkan perlunya tindakan yang lebih konkret dan efektif. Diversifikasi ekonomi bukan solusi yang efektif untuk negara produsen minyak, karena sejatinya fokus harus tetap pada peningkatan produksi minyak dan pengembangan industri terkait. Hal ini menyiratkan ketidakpedulian terhadap potensi risiko fiskal yang menanti. Negara-negara produsen minyak perlu mempertimbangkan strategi yang lebih berkelanjutan dan berfokus pada pengurangan emisi serta pengembangan energi terbarukan. Optimisme terhadap teknologi fusi nuklir dan geoengineering surya sebagai alternatif energi yang dapat menggantikan bahan bakar fosil perlu diperhatikan. Pengembangan teknologi ini dapat menjadi langkah maju dalam mengatasi tantangan transisi energi dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Dalam menghadapi transisi energi dari bahan bakar fosil, negara-negara perlu bekerja sama dalam mengembangkan strategi dan kebijakan iklim yang matang. Dengan adanya kerjasama global, diharapkan dapat tercipta solusi yang efektif dan berkelanjutan untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan mengatasi perubahan iklim.