Sarapan Gratis Berujung Deportasi: Kisah Turis Belanda yang Tertipu Kemewahan **
** Di tengah keindahan alam Bali yang memikat, terkadang terselit kisah-kisah unik yang mengundang decak kagum sekaligus tawa. Salah satunya adalah kisah MA, seorang turis perempuan asal Belanda yang tergiur menikmati sarapan gratis di hotel bintang lima di Nusa Dua. Keinginannya yang terlampau besar untuk merasakan kemewahan hotel mewah tersebut, justru berujung pada deportasi dan masuknya namanya dalam daftar penangkalan oleh pihak Imigrasi Bali. MA, yang datang ke Bali pada 29 Agustus 2024 dengan visa kunjungan, memilih untuk menyewa vila di Nusa Dua dengan biaya Rp 300.000 per hari. Hari-harinya di Bali diisi dengan mengikuti kelas yoga dan meditasi, sebuah kegiatan yang menenangkan jiwa dan pikiran. Namun, di balik ketenangannya, tersimpan keinginan terselubung untuk merasakan kemewahan hotel bintang lima. Pada 13 September 2024, MA nekat mengunjungi hotel ternama di Nusa Dua dengan tujuan utama menikmati sarapan gratis. Setelah menyantap hidangan lezat di restoran hotel, MA dihadapkan pada kenyataan pahit. Pihak hotel meminta MA untuk membayar makanan yang disantapnya karena tidak terdaftar sebagai tamu hotel. MA yang mengaku tidak memiliki cukup uang dan masih menunggu kiriman tunjangan dari pemerintah Belanda, akhirnya terbongkar kebohongannya. Terungkap bahwa MA berpura-pura sebagai tamu hotel untuk menikmati sarapan gratis. Aksi nekatnya ini berujung pada proses hukum. Pihak hotel menyerahkan MA ke Polsek Kuta Selatan, dan selanjutnya ke Kantor Imigrasi untuk diproses sesuai ketentuan keimigrasian. Pada Selasa (8/10/2024), MA dideportasi dari Bali melalui Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai. Kisah MA menjadi pelajaran berharga bagi para wisatawan. Kemewahan dan fasilitas hotel memang menggoda, namun jangan sampai mengaburkan batas antara keinginan dan kenyataan. Kejujuran dan tanggung jawab adalah kunci untuk menikmati perjalanan wisata dengan tenang dan damai.