Perlawanan Kesultanan Aceh terhadap Portugis di Malak
Kesultanan Aceh, di bawah kepemimpinan Sultan Alauddin Riayat Syah (1514-1528), menghadapi persaingan sengit dengan Portugis di Malaka pada abad ke-16. Persaingan ini melibatkan politik, ekonomi, dan penyebaran agama. Salah satu latar belakang perlawanan rakyat Aceh terhadap Portugis adalah monopoli perdagangan yang dilakukan oleh Portugis. Selain itu, orang-orang Aceh juga dilarang untuk berdagang dan berlayar di Laut Neraka, serta kapal-kapal Aceh sering ditangkap oleh Portugis. Kesultanan Aceh tetap teguh pada pendiriannya bahwa Portugis harus segera diusir dari Malaka. Untuk melancarkan perlawanan, rakyat Aceh meminta bantuan persenjataan. Pada tahun 1569, Kesultanan Aceh melancarkan serangan terhadap Portugis di Malaka. Portugis harus bertahan mati-matian di Benteng Formosa. Namun, Portugis berhasil menggagalkan serangan Aceh dengan mengerahkan semua kekuatannya. Sebagai tindakan balasan, pada tahun yang sama, Portugis juga menyerang Aceh. Namun, serangan Portugis ini juga dapat digagalkan oleh pasukan Aceh. Perlawanan Kesultanan Aceh terhadap Portugis di Malaka merupakan salah satu peristiwa penting dalam sejarah Nusantara. Perlawanan ini menunjukkan keberanian dan keteguhan hati rakyat Aceh dalam melawan penjajahan asing.