Sistem Penghitungan Tanggal dalam Bahasa Jepang: Perbedaan dan Kesamaan dengan Sistem Barat

(181 votes)

Sistem penanggalan Jepang, yang kaya akan sejarah dan tradisi, menawarkan perspektif unik tentang perjalanan waktu. Meskipun sistem penanggalan Barat telah diadopsi secara luas di Jepang modern, sistem tradisional Jepang tetap relevan, terutama dalam konteks budaya dan seremonial. Memahami sistem penanggalan Jepang memberikan apresiasi yang lebih dalam terhadap budaya Jepang dan seluk-beluknya. #### Era Kekaisaran: Landasan Sistem Penanggalan Jepang Sistem penanggalan Jepang secara tradisional berpusat di sekitar era kekaisaran, yang dikenal sebagai "gengo." Setiap era sesuai dengan masa pemerintahan seorang kaisar dan diberi nama yang mencerminkan aspirasi atau peristiwa penting pada masa itu. Sistem gengo, diadopsi dari Tiongkok, telah menjadi bagian integral dari sejarah Jepang, memberikan kerangka kerja kronologis untuk menandai peristiwa-peristiwa penting. Era pertama, Taika, dimulai pada tahun 645 M, menandai periode reformasi politik dan sosial yang signifikan. Sejak saat itu, Jepang telah menyaksikan banyak era, masing-masing dengan nama dan signifikansinya yang unik. #### Penanggalan Berbasis Tahun: Menavigasi Tahun Jepang Dalam sistem penanggalan Jepang, tahun-tahun dihitung dalam setiap era kekaisaran. Tahun pertama pemerintahan seorang kaisar menandai dimulainya era baru, dan tahun-tahun berikutnya dihitung secara berurutan hingga akhir masa pemerintahan kaisar tersebut. Misalnya, tahun 2023 M sesuai dengan tahun ke-4 era Reiwa di Jepang, yang dimulai dengan aksesi Kaisar Naruhito pada tahun 2019. Penanggalan berbasis tahun ini, yang terjalin erat dengan era kekaisaran, menunjukkan pentingnya garis keturunan kekaisaran dan pengaruhnya yang langgeng terhadap sistem penanggalan Jepang. #### Nama Bulan: Perpaduan Tradisi dan Kepraktisan Sementara sistem penanggalan Jepang menggunakan nama era untuk menghitung tahun, nama bulan mengikuti struktur yang lebih akrab dengan sistem penanggalan Barat. Jepang mengadopsi sistem kalender Gregorian pada akhir abad ke-19, yang menghasilkan penggunaan nama bulan bergaya Barat. Namun, nama bulan Jepang mempertahankan sentuhan unik, dengan setiap bulan diberi nomor diikuti dengan karakter "gatsu," yang berarti "bulan." Misalnya, Januari adalah "Ichigatsu," Februari adalah "Nigatsu," dan seterusnya. Perpaduan pengaruh Barat dan kepekaan Jepang ini menunjukkan kemampuan beradaptasi sistem penanggalan Jepang sepanjang sejarah. #### Hari dalam Seminggu: Siklus Tujuh Hari Mirip dengan banyak budaya di seluruh dunia, Jepang mengikuti siklus tujuh hari. Nama-nama hari dalam seminggu dalam bahasa Jepang berasal dari benda langit, yang mencerminkan pengaruh astrologi Tiongkok. Minggu dimulai dengan Nichiyōbi (hari Matahari), diikuti oleh Getsuyōbi (hari Bulan), Kayōbi (hari Mars), Suiyōbi (hari Merkurius), Mokuyōbi (hari Jupiter), Kinyōbi (hari Venus), dan berakhir dengan Doyōbi (hari Saturnus). Siklus tujuh hari ini, yang terintegrasi dengan mulus ke dalam sistem penanggalan Jepang, menunjukkan perpaduan pengaruh budaya dan astronomi dalam membentuk persepsi waktu. Sistem penanggalan Jepang, dengan penekanannya pada era kekaisaran, penanggalan berbasis tahun, dan nama bulan yang unik, menawarkan perspektif yang menawan tentang perjalanan waktu. Sementara sistem penanggalan Barat telah menjadi standar di Jepang modern, sistem tradisional Jepang tetap menjadi bukti sejarah yang kaya dan warisan budaya negara tersebut. Memahami seluk-beluk sistem penanggalan Jepang memberikan apresiasi yang lebih dalam terhadap budaya Jepang dan menyediakan lensa untuk menavigasi seluk-beluk tradisi temporalnya.