Dampak Kenaikan PPN 12% terhadap UMKM: Tantangan dan Peluang
Rencana pemerintah menaikkan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% pada tahun 2025 telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Serikat Usaha Muhammadiyah (SUMU), sebagai salah satu perwakilan UMKM, menyatakan kebijakan ini akan menambah beban usaha di tengah pemulihan ekonomi yang masih berlangsung. Kekhawatiran ini beralasan, karena UMKM merupakan tulang punggung perekonomian nasional dan peningkatan biaya operasional akibat kenaikan PPN berpotensi menghambat pertumbuhan mereka. Namun, kenaikan PPN juga bisa dilihat dari sisi lain. Pemerintah perlu memastikan bahwa kenaikan ini diimbangi dengan program-program pendukung UMKM agar dampak negatifnya dapat diminimalisir. Program pelatihan manajemen keuangan, akses permodalan yang lebih mudah, dan peningkatan pemasaran digital dapat membantu UMKM beradaptasi dengan kebijakan baru ini. Dengan dukungan yang tepat, kenaikan PPN justru dapat mendorong UMKM untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas, sehingga mereka dapat tetap kompetitif dan berkontribusi lebih besar bagi perekonomian nasional. Keberhasilan adaptasi UMKM terhadap kenaikan PPN akan bergantung pada kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan lembaga-lembaga pendukung UMKM. Suatu strategi yang komprehensif dan terintegrasi sangat diperlukan untuk memastikan bahwa kenaikan PPN tidak hanya menjadi beban, tetapi juga menjadi katalisator bagi pertumbuhan dan perkembangan UMKM yang lebih berkelanjutan. Semoga langkah-langkah yang tepat dapat diambil agar UMKM tetap tumbuh dan berkembang pesat, menciptakan lapangan kerja, dan berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat. Ini merupakan tantangan sekaligus peluang besar bagi Indonesia untuk membangun ekonomi yang lebih kuat dan inklusif.