Relevansi Pemikiran Murji'ah dalam Konteks Kehidupan Beragama Masa Kini
Pemikiran teologi Islam klasik, tak terkecuali Murji’ah, menyimpan relevansi yang tak lekang dimakan zaman. Murji’ah, dengan fokusnya pada penangguhan penilaian manusia atas amalan dan akidah seseorang di dunia, menawarkan perspektif yang menyejukkan di tengah kompleksitas kehidupan beragama masa kini.
Esensi Doktrin Murji'ah: Menjunjung Tinggi Kebebasan Berpikir
Murji’ah, secara harfiah berarti “menunda” atau “meninggalkan”, menjadi ciri khas aliran teologi ini. Mereka memilih untuk tidak tergesa-gesa dalam menghakimi status keimanan seseorang berdasarkan amal perbuatannya, menyerahkan sepenuhnya penilaian tersebut kepada Allah di akhirat kelak. Fokus utama Murji’ah adalah pada esensi keimanan dalam hati, yang mereka yakini sebagai satu-satunya penentu di hadapan Allah. Amal, meskipun penting, tidak dijadikan tolak ukur utama dalam menilai keislaman seseorang.
Toleransi dan Penerimaan dalam Bingkai Murji'ah
Salah satu sumbangsih penting Murji’ah adalah pada peneguhan nilai-nilai toleransi dan penerimaan dalam beragama. Dengan tidak menempatkan amal sebagai penentu utama keimanan, Murji’ah membuka ruang dialog dan interaksi yang lebih positif antar umat Muslim. Perbedaan pandangan dan interpretasi atas ajaran agama tidak serta merta menjadikan seseorang kafir atau keluar dari Islam. Sikap toleran ini menjadi landasan penting dalam membangun kehidupan beragama yang harmonis dan damai.
Relevansi Murji'ah di Era Kontemporer
Di tengah maraknya klaim kebenaran tunggal dan sikap intoleran yang mengatasnamakan agama, pemikiran Murji’ah menjadi semakin relevan. Prinsip penangguhan penilaian dan mengedepankan dialog atas perbedaan dapat menjadi solusi untuk meredam konflik dan membangun kerukunan antar umat beragama. Murji’ah mengajarkan kita untuk lebih fokus pada pengembangan kualitas iman dan akhlak pribadi, tanpa menghakimi orang lain.
Menjaga Semangat Persatuan Umat
Pemikiran Murji’ah memiliki potensi besar dalam menjaga persatuan umat. Dengan menitikberatkan pada persamaan akidah dan menunda penilaian atas perbedaan furuiyah (cabang), umat Muslim dapat bersatu dalam bingkai ukhuwah Islamiyah. Hal ini penting untuk membangun kekuatan kolektif dalam menghadapi tantangan zaman dan memperjuangkan kemaslahatan bersama.
Pemikiran Murji’ah, meskipun lahir di masa lampau, tetap relevan untuk diaplikasikan dalam konteks kehidupan beragama masa kini. Prinsip-prinsipnya yang menekankan pada toleransi, penerimaan, dan penangguhan penilaian, dapat menjadi landasan untuk membangun kehidupan beragama yang lebih harmonis, damai, dan berkemajuan. Di tengah kompleksitas dan tantangan zaman modern, hikmah dari pemikiran Murji’ah dapat menjadi inspirasi untuk menumbuhkan sikap moderat dan toleran dalam beragama.