Terbangun di Tepi Pantai **
** Matahari terik menyinari wajahku. Pasir lembut terasa hangat di bawah tubuhku. Aku mengerang, kepala terasa berat dan tubuhku terasa lemas. Perlahan, aku membuka mata. "Di mana aku?" gumamku. Ingatan terakhirku adalah perahu yang bocor, air laut yang dingin menenggelamkan tubuhku, dan rasa panik yang mencekam. Aku mencoba bangkit, namun tubuhku terasa lemah. Aku melihat sekeliling. Pantai yang luas terbentang di depanku, ombak bergulung lembut di kejauhan. "Dina! Tasya!" teriakku. Hanya suara angin yang menjawab. Aku mencoba mengingat apa yang terjadi. Perahu, badai, air, dan kemudian... kegelapan. Aku teringat wajah-wajah panik para penumpang, teriakan minta tolong, dan rasa takut yang mencengkeram hatiku. "Apakah aku selamat?" bisikku. Aku mencoba berdiri, namun tubuhku masih terasa lemas. Aku meraba-raba kantong celanaku. Untungnya, ponselku masih ada. Aku mencoba menyalakannya, namun layarnya tetap hitam. Baterainya habis. "Bagaimana aku bisa menghubungi orang lain?" pikirku. Aku melihat ke arah laut. Mungkin ada kapal yang lewat. Aku melambaikan tanganku, berharap ada yang melihatku. Namun, tak ada tanda-tanda kehidupan di laut. Hanya ombak yang bergulung-gulung, seolah mengejek kesunyianku. Aku duduk di pasir, tubuhku lemas. Rasa takut dan ketidakpastian mulai menggerogoti hatiku. "Aku harus bertahan hidup," gumamku. Aku melihat sekeliling. Di dekatku, ada pohon kelapa yang tinggi menjulang. Mungkin aku bisa mendapatkan air dari buahnya. Aku bangkit dan berjalan menuju pohon kelapa. Aku mencoba memanjatnya, namun tubuhku terlalu lemas. Aku terjatuh dan terbaring di pasir. "Aku harus menyerah," pikirku. Namun, tiba-tiba, aku mendengar suara langkah kaki. Aku menoleh dan melihat seorang nelayan tua berjalan ke arahku. "Nak, apa yang terjadi padamu?" tanya nelayan itu. Aku menceritakan semua yang terjadi. Nelayan itu mendengarkan dengan saksama. "Untung kau selamat," kata nelayan itu. "Kau terdampar di pulau ini. Aku akan membantumu." Nelayan itu membantuku berdiri dan membawaku ke rumahnya. Di sana, aku diberi makan dan minum. "Terima kasih," kataku. "Aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika kau tidak menemukan aku." "Tidak masalah," kata nelayan itu. "Aku senang bisa membantumu." Aku menghabiskan beberapa hari di rumah nelayan itu. Nelayan itu merawatku dengan baik. Dia mengajariku cara memancing dan mencari makanan di hutan. Aku belajar banyak hal dari nelayan itu. Aku belajar tentang pentingnya bertahan hidup, tentang kekuatan alam, dan tentang kebaikan hati manusia. Beberapa hari kemudian, sebuah kapal datang ke pulau itu. Nelayan itu membantu aku menghubungi keluarga dan teman-temanku. Aku akhirnya bisa pulang. Aku bersyukur karena selamat dari musibah itu. Aku juga bersyukur karena bertemu dengan nelayan tua yang baik hati. Pengalaman itu mengajarkan aku banyak hal. Aku belajar bahwa hidup ini penuh dengan ketidakpastian, namun juga penuh dengan keajaiban. Aku belajar bahwa kita harus selalu siap menghadapi tantangan, dan bahwa kebaikan hati manusia bisa menyelamatkan kita dari kesulitan. Aku juga belajar bahwa kita tidak pernah benar-benar sendirian. Selalu ada orang yang peduli dan siap membantu kita. Aku kembali ke kehidupan normal, namun pengalaman itu tetap terukir dalam hatiku. Aku tidak akan pernah melupakan rasa takut, rasa syukur, dan rasa kagum yang aku rasakan selama terdampar di pulau itu. Pengalaman itu membuatku lebih menghargai hidup dan lebih bersyukur atas semua yang aku miliki.