Fungsi Konsumsi dalam Membentuk Identitas dan Stratifikasi Sosial di Desa Harmoni
Desa Harmoni, terletak di lereng Gunung Merapi, Jawa Tengah, menawarkan studi kasus menarik tentang bagaimana fungsi konsumsi membentuk identitas dan stratifikasi sosial masyarakatnya. Lebih dari sekadar pemenuhan kebutuhan dasar, konsumsi di Desa Harmoni berperan sebagai penanda sakralitas, identitas budaya, dan perbedaan status ekonomi. Perbedaan antara konsumsi beras merah organik pada upacara adat (sakral) dan beras putih sehari-hari (profan) menggarisbawahi fungsi konsumsi sebagai pembeda ritual keagamaan dan aktivitas kehidupan sehari-hari. Penggunaan beras merah yang eksklusif dan proses penanaman serta pemanenan yang ritualistik memperkuat nilai-nilai spiritual dan tradisi masyarakat Desa Harmoni. Hal ini menunjukkan bagaimana konsumsi dapat menjadi simbol dan penguat identitas kolektif. Lebih lanjut, pakaian adat batik tulis dengan motif khas desa dan makanan tradisional seperti Jadah Tempe berfungsi sebagai penanda identitas budaya. Pakaian dan makanan tersebut bukan hanya memenuhi kebutuhan fisik, tetapi juga menjadi simbol kebanggaan dan jati diri warga Desa Harmoni, memperkuat rasa kebersamaan dan memperkokoh ikatan sosial. Konsumsi dalam konteks ini menjadi sarana pelestarian budaya dan identitas lokal. Namun, fungsi konsumsi juga mencerminkan stratifikasi sosial. Akses terhadap makanan tertentu, seperti daging sapi atau buah impor, menunjukkan perbedaan status ekonomi. Keluarga yang lebih mampu secara ekonomi dapat mengonsumsi makanan tersebut secara rutin, sementara keluarga kurang mampu hanya mengonsumsinya pada acara-acara khusus. Perbedaan ini juga terlihat pada jenis rumah dan kendaraan yang dimiliki, memperkuat hierarki sosial ekonomi di desa tersebut. Kesimpulannya, di Desa Harmoni, fungsi konsumsi melampaui pemenuhan kebutuhan biologis. Konsumsi berperan penting dalam membentuk dan memperkuat identitas budaya, sekaligus merefleksikan stratifikasi sosial yang ada. Studi kasus ini menunjukkan kompleksitas fungsi konsumsi dalam masyarakat, di mana aspek sakral, identitas, dan status sosial saling terkait dan membentuk dinamika sosial yang unik. Memahami hal ini penting untuk menghargai keragaman budaya dan memahami struktur sosial masyarakat pedesaan di Indonesia.