Khawatir dan Cinta Kakak **
Hari itu, udara di ruang latihan teater JKT48 terasa panas dan pengap. Ria, gadis muda berbakat yang tengah berlatih, tiba-tiba terhuyung dan jatuh pingsan. Shani, sang kakak, yang juga anggota JKT48, langsung panik. Wajahnya pucat pasi, keringat dingin membasahi dahinya. Ia memanggil nama Ria dengan suara gemetar, namun Ria tak kunjung membuka mata. Shani semakin cemas. Ia takut melihat adiknya terbaring tak berdaya. Ingatannya melayang ke masa kecil, saat Ria selalu bergantung padanya. Shani selalu melindungi Ria dari bahaya, dan kini ia merasa tak berdaya menghadapi situasi ini. Beruntung, Ria akhirnya membuka mata. Namun, wajahnya pucat dan ia terlihat mual. Shani dengan sigap membantu Ria, mengusap keringat di keningnya dan menenangkannya. Ria pun muntah, dan Shani merasa lega karena Ria akhirnya mengeluarkan sesuatu dari tubuhnya. Beberapa hari kemudian, saat sedang makan bersama, Ria kembali muntah. Kali ini, muntahannya berwarna merah. Shani langsung panik. Ia tahu itu darah, meskipun tidak banyak. Ia segera membawa Ria ke rumah sakit. Di rumah sakit, Ria terbaring lemah di ranjang. Shani setia menemaninya, tangannya menggenggam erat tangan Ria. Ia berbisik, "Dedek, udah sadar? Ada sakit yang gak?" Ria membuka mata dan tersenyum lemah. "Kakak," ucapnya lirih. Shani lega mendengar suara Ria. Ia tahu, Ria akan baik-baik saja. Ia akan selalu ada untuk Ria, melindungi dan mencintainya. Wawasan:** Kisah ini menunjukkan betapa kuatnya ikatan persaudaraan. Shani, sebagai kakak, menunjukkan rasa khawatir dan cintanya yang mendalam kepada Ria. Ia selalu siap membantu dan melindungi adiknya, bahkan dalam situasi yang sulit.