Ciuman Pertama di Tengah Aksi Pahlawan
Naurence menatap Zayne dengan cemas, tangannya gemetar saat menyentuh luka-luka kecil yang menghiasi tubuh dokter dingin itu. "Kau harus lebih berhati-hati, Zayne," desisnya pelan, matanya tak lepas dari ekspresi wajah pria di hadapannya. Zayne menatap Naurence dengan tatapan hangat yang jarang terlihat oleh orang lain. "Aku akan mencoba, tapi kau tahu betapa sulitnya untuk tidak melindungimu," jawabnya pelan, suaranya penuh perhatian. Saat jari-jari Naurence menyentuh kulitnya, Zayne merasakan denyut hangat yang mengalir dalam dirinya. Tanpa disadari, bibir mereka saling mendekat, dan dalam sekejap, ciuman pertama pun terjadi di tengah ruangan yang dipenuhi aroma obat-obatan. "Maafkan aku," bisik Naurence setelah mereka melepaskan ciuman singkat itu, pipinya memerah seperti bunga mawar yang baru mekar. Zayne tersenyum lembut, tangannya mengusap pipi Naurence dengan penuh kelembutan. "Tidak perlu minta maaf, kau telah melakukan yang terbaik untukku. Dan... terima kasih atas ciuman pertamamu, Naurence." Dalam senyumnya, terpancar kehangatan yang membuat hati Naurence luluh. Mereka mungkin memiliki sifat yang berbeda, namun dalam momen-momen seperti ini, persamaan hati mereka terasa begitu nyata.