Budaya Politik di Indonesia: Mengapa Kategori Budaya Politik Tidak Dapat Bertahan di Era Orde Baru?
Pada era demokrasi saat ini, partai politik bermunculan dengan cepat di Indonesia. Setiap pemilu, ada partai politik baru dan beragam partai yang mengajukan keikutsertaannya. Tidak ada lagi partai yang selalu menjadi pemenang mutlak atau dikenal dengan istilah mayoritas tunggal. Masyarakat Indonesia memiliki kebebasan untuk menentukan pilihan mereka dalam pemilu. Namun, dalam konteks ini, penting untuk memahami konsep budaya politik yang dijelaskan oleh Almond dan Powell. Almond dan Powell mengidentifikasi empat kategori budaya politik, yaitu partisipan, subjek, parokial, dan masa. Dalam konteks Indonesia, kategori budaya politik yang relevan adalah partisipan. Budaya politik partisipan menggambarkan masyarakat yang aktif terlibat dalam proses politik, memiliki pengetahuan yang cukup tentang politik, dan berpartisipasi dalam pemilihan umum. Namun, dalam era Orde Baru di Indonesia, kategori budaya politik partisipan tidak dapat bertahan. Orde Baru adalah periode pemerintahan yang ditandai oleh otoritarianisme dan kontrol yang ketat terhadap masyarakat. Pada masa ini, partisipasi politik dibatasi, kebebasan berpendapat ditekan, dan oposisi politik dihambat. Masyarakat tidak memiliki ruang untuk berpartisipasi secara aktif dalam proses politik dan tidak memiliki akses yang memadai terhadap informasi politik. Selain itu, dalam era Orde Baru, budaya politik yang dominan adalah budaya politik subjek. Budaya politik subjek menggambarkan masyarakat yang pasif, tidak berdaya, dan bergantung pada pemerintah untuk memenuhi kebutuhan mereka. Pemerintah Orde Baru menciptakan ketergantungan masyarakat pada kebijakan dan program pemerintah, sehingga menghambat perkembangan budaya politik partisipan. Dalam konteks ini, kategori budaya politik partisipan tidak dapat tumbuh dan berkembang di era Orde Baru. Keterbatasan partisipasi politik dan dominasi budaya politik subjek menghambat masyarakat untuk menjadi aktor politik yang aktif dan berpengetahuan. Masyarakat tidak memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam proses politik dan tidak memiliki akses yang memadai terhadap informasi politik yang objektif. Namun, setelah jatuhnya rezim Orde Baru pada tahun 1998, Indonesia mengalami perubahan yang signifikan dalam budaya politiknya. Masyarakat Indonesia semakin aktif dalam proses politik, memiliki akses yang lebih baik terhadap informasi politik, dan berpartisipasi dalam pemilihan umum dengan semangat yang tinggi. Budaya politik partisipan mulai tumbuh dan berkembang di Indonesia, meskipun masih ada tantangan dan hambatan yang perlu diatasi. Dalam kesimpulan, kategori budaya politik partisipan tidak dapat bertahan di era Orde Baru di Indonesia. Dominasi budaya politik subjek dan pembatasan partisipasi politik menghambat perkembangan budaya politik partisipan. Namun, setelah jatuhnya Orde Baru, Indonesia mengalami perubahan yang signifikan dalam budaya politiknya, dengan masyarakat yang semakin aktif dan berpartisipasi dalam proses politik.