Menapaki Jalan Menuju Desa Sejahtera: Mengapa Arus Urbanisasi Masih Mengalir Deras? **
Lebaran, momen penuh suka cita bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Namun, di balik keramaian dan kebahagiaan, kota-kota besar di Indonesia kembali dihadapkan pada fenomena klasik: arus urbanisasi. Data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil DKI Jakarta menunjukkan peningkatan jumlah pendatang baru ke Jakarta pasca Lebaran 2017, mencapai 70.752 orang. Angka ini menunjukkan bahwa daya tarik kota sebagai pusat ekonomi dan aktivitas masih kuat, menarik masyarakat dari berbagai daerah untuk merantau. Pertanyaannya, mengapa arus urbanisasi masih terjadi meskipun pemerintah telah mengimplementasikan UU Nomor 6/2014 tentang Desa? UU ini diharapkan dapat mendorong pengembangan potensi ekonomi di desa, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun, realitas di lapangan menunjukkan bahwa desa belum mampu sepenuhnya menjadi magnet bagi warganya. Ada beberapa faktor yang menyebabkan hal ini. Pertama, akses terhadap pendidikan dan kesehatan di desa masih terbatas. Banyak warga desa yang terpaksa merantau ke kota untuk mendapatkan akses pendidikan dan layanan kesehatan yang lebih baik. Kedua, peluang kerja di desa masih terbatas. Minimnya industri dan usaha di desa membuat banyak warga desa terpaksa mencari pekerjaan di kota. Ketiga, akses terhadap teknologi dan informasi di desa masih terbatas. Hal ini membuat warga desa sulit untuk mengembangkan usaha dan meningkatkan produktivitas. Meskipun UU Nomor 6/2014 tentang Desa telah memberikan payung hukum bagi pengembangan desa, implementasinya masih perlu ditingkatkan. Pemerintah perlu meningkatkan akses terhadap pendidikan dan kesehatan di desa, mendorong tumbuhnya industri dan usaha di desa, dan meningkatkan akses terhadap teknologi dan informasi. Dengan demikian, desa dapat menjadi tempat yang lebih menarik bagi warganya, sehingga arus urbanisasi dapat dikurangi. Membangun desa yang sejahtera dan mandiri adalah kunci untuk mengurangi arus urbanisasi dan menciptakan Indonesia yang lebih maju.**