Senyum di Balik Kaca Mata **
Mentari pagi menyinari wajah-wajah lelah di halte bus. Di antara mereka, seorang anak laki-laki dengan kaca mata tebal dan senyum tipis menarik perhatianku. Ia duduk di bangku, tangannya menggenggam erat sebuah kotak kardus kecil. "Mau beli kue, Pak?" tanyanya dengan suara pelan, matanya berbinar-binar. Aku menggeleng, merasa tak tega melihatnya. Ia tampak begitu kecil dan rapuh, namun semangatnya untuk berjualan begitu besar. "Kue apa saja yang kamu jual?" tanyaku penasaran. "Kue pisang, Pak. Ibu saya yang buat," jawabnya dengan bangga. Aku terdiam sejenak, terharu melihat semangatnya. Ia mungkin tak punya banyak, tapi ia tetap berusaha membantu keluarganya. "Berapa harganya?" tanyaku lagi. "Lima ribu saja, Pak," jawabnya. Aku tersenyum dan mengeluarkan uang lima ribu dari dompetku. "Terima kasih, Pak," katanya dengan senyum lebar. Ia berlari kecil menuju halte berikutnya, kotak kardus di tangannya bergoyang-goyang. Aku tertegun melihatnya. Ia mungkin hanya seorang anak kecil, tapi ia mengajarkan arti kerja keras dan semangat pantang menyerah. Senyumnya yang tipis, di balik kaca mata tebalnya, menjadi inspirasi bagi siapa saja yang melihatnya. Ia mengingatkan kita bahwa kebahagiaan bisa ditemukan di mana saja, bahkan di tengah kesulitan. Pesan:** Cerita ini mengingatkan kita bahwa kebahagiaan bisa ditemukan di mana saja, bahkan di tengah kesulitan. Semangat dan kerja keras, seperti yang ditunjukkan oleh anak laki-laki dalam cerita ini, bisa menjadi inspirasi bagi kita semua.