Peran BPUPKI dan PPKI dalam Persiapan Kemerdekaan Indonesi
Pada tanggal 29 Mei 1945, Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) diadakan untuk membahas rancangan dasar negara Indonesia merdeka. BPUPKI membahas tiga hal pokok, yaitu Undang-Undang Dasar, Batang Tubuh, dan Gambar Sidang Kedua BPUPKI. Setelah beberapa jam pembahasan, rancangan tersebut akhirnya diterima oleh BPUPKI. Pada tanggal 7 Agustus 1945, Jenderal Terauchi menyetujui pembentukan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) untuk melanjutkan pekerjaan BPUPKI dan mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk pemindahan kekuasaan dari Jepang kepada bangsa Indonesia. Tugas utama PPKI adalah menyusun rencana Kemerdekaan Indonesia, meneliti, dan menyempurnakan hasil kerja BPUPKI. Anggota PPKI terdiri dari 21 orang yang mewakili seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Mereka berasal dari berbagai daerah di Indonesia, seperti Jawa, Sumatra, Sulawesi, Kalimantan, Maluku, Nusa Tenggara, dan Tionghoa. PPKI juga ditambah dengan enam orang anggota tambahan tanpa sepengetahuan Jepang. Perbedaan antara BPUPKI dan PPKI terletak pada tugas dan jumlah anggota. BPUPKI terdiri dari 65 orang anggota, sedangkan PPKI hanya beranggotakan 21 orang. PPKI bertugas melanjutkan tugas BPUPKI dan mengurus seluruh perkara yang berkaitan dengan pemindahan kekuasaan dari Jepang ke Indonesia. Selain itu, PPKI juga bertugas merancang batang tubuh Undang-Undang Dasar dan meresmikannya. Sebagai panitia persiapan, BPUPKI dan PPKI memiliki tanggung jawab besar dalam persiapan kemerdekaan Indonesia. Mereka tidak hanya bertanggung jawab terkait administrasi, tetapi juga sistem ketatanegaraan Indonesia. Dengan adanya BPUPKI dan PPKI, persiapan kemerdekaan Indonesia dapat dilakukan dengan baik dan terorganisir. Mereka berperan penting dalam menyusun dasar negara dan merancang sistem ketatanegaraan yang menjadi dasar bagi Indonesia merdeka.