Penyebaran Agama Kristen oleh Misionaris Portugis dan Implikasinya terhadap Komunitas Islam di Maluku
Penyebaran agama Kristen oleh misionaris Portugis di tengah komunitas Islam yang telah mengakar di Maluku menjadi pemicu perlawanan dari kesultanan-kesultanan Ternate dan Demak. Hal ini masih menjadi kontroversi hingga saat ini. Salah satu hipotesis menyatakan bahwa alasan agama menjadi salah satu pemicu perlawanan, karena sejak awal Ternate tidak akan menjalin persekutuan dengan Portugis. Sementara itu, hipotesis lain menyatakan bahwa Ternate baru menyadari adanya misi keagamaan Portugis dalam perjalanan waktu. Mengingat agama Islam telah mengakar di kedua kesultanan itu, mungkin saja penyebaran agama Kristen menjadi faktor lain yang memicu perlawanan. Alasan yang sama kiranya juga memicu serangan Demak ke Malaka pada 1513 dan kemudian ke Sunda Kelapa pada 1526 dan 1527. Pada masa itu, Demak telah menjadi semacam pusat penyebaran agama Islam di Pulau Jawa. Demak juga bercita-cita menyebarkan agama Islam ke seluruh pulau itu termasuk ke wilayah kekuasaan Pajajaran (Sunda) yang bercorak Hindu. Akan tetapi, cita-cita itu terancam terhambat oleh kehadiran Portugis di Nusantara, yang memperkenalkan agama Kristen. Selain itu, kebijakan VOC dan pemerintah kolonial Belanda juga memperparah situasi. Monopoli perdagangan rempah-rempah yang diterapkan oleh VOC merugikan rakyat Indonesia, terutama di Maluku. Kebijakan ekstirpasi dan Pelayaran Hongi yang diterapkan oleh VOC juga memiliki dampak negatif terhadap masyarakat lokal. Oleh karena itu, penting untuk memahami implikasi dari penyebaran agama Kristen oleh misionaris Portugis dan kebijakan VOC terhadap komunitas Islam di Maluku. Dengan memahami hal ini, kita dapat belajar dari sejarah dan menghindari kesalahan yang sama di masa depan.