Menjadi Teladan: Sebuah Refleksi dari Anekdot Rahma **
Anekdot tentang Rahma, seorang remaja yang membuka bimbingan belajar, memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya menjadi teladan. Rahma, yang dengan tegas menasihati murid-muridnya untuk menghargai waktu dan tidak membuangnya dengan sia-sia, justru terlambat pulang dari acara ulang tahun temannya. Perilaku Rahma yang kontras dengan nasihatnya sendiri mengungkap sebuah realitas yang sering kita temui: kesulitan dalam menerapkan nilai-nilai yang kita yakini. Kita seringkali mudah menasihati orang lain, namun sulit untuk konsisten dalam menerapkannya pada diri sendiri. Kisah Rahma mengingatkan kita bahwa menjadi teladan bukan hanya tentang memberikan nasihat, tetapi juga tentang konsistensi dalam tindakan. Ketika kita ingin menginspirasi orang lain, kita harus terlebih dahulu menjadi contoh yang baik. Rahma, meskipun terlambat pulang, akhirnya menyadari kesalahannya dan meminta maaf kepada ibunya. Hal ini menunjukkan bahwa manusia tidak luput dari kesalahan, namun penting untuk memiliki kesadaran dan berani untuk memperbaiki diri. Melalui anekdot ini, kita diajak untuk merenungkan bagaimana menjadi teladan yang baik. Bukan hanya dengan kata-kata, tetapi juga dengan tindakan yang selaras dengan nilai-nilai yang kita yakini. Pesan:** Anekdot Rahma mengajarkan kita bahwa menjadi teladan adalah sebuah proses yang membutuhkan konsistensi dan refleksi diri. Kita harus berani untuk mengakui kesalahan dan berusaha untuk menjadi lebih baik. Dengan demikian, kita dapat menginspirasi orang lain dan menjadi contoh yang baik bagi mereka.